JAKARTA, KabarSDGS — Sedikitnya 3.000 mahasiswa dari 500 perguruan tinggi di seluruh Indonesia terdaftar untuk mengikuti Program Bangkit — program akademi karir teknis yang didesain melalui kolaborasi antara Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dengan Google, Gojek, Tokopedia, dan Traveloka.
Dari jumlah tersebut, para pendaftar menempuh proses seleksi yang ketat hingga akhirnya didapat 3.000 mahasiswa terpilih yang berkesempatan untuk mengikuti program. Dari para pendaftar, 30% di antaranya adalah perempuan dan sekitar 29% berasal dari latar belakang non CS/IT.
“Di ujung program, bagi peserta terbaik akan mendapat pelatihan dari Stanford University melalui program khusus yang kita siapkan. Program Bangkit bekerja sama dengan 15 universitas mitra,” Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Kemendikbud, Nizam di sela-sela peluncuran program melalui daring, di Jakarta (15/2/2021).
Menurutnya, mulai bulan Februari 2021, para mahasiswa terpilih akan mengikuti pembelajaran online selama 18 minggu. Kemudian di akhir semester, akan dipilih 15 tim proyek akhir untuk pengembangan lebih lanjut termasuk hibah inkubasi dan dukungan dari perguruan tinggi yang menjadi mitra program ini.
“Jangan sia-siakan kesempatan ini dan ikuti program sampai selesai. Yang penting bukan hanya sekadar dapat sertifikatnya tapi kompetensi yang adik-adik peroleh selama mengikuti program ini,” ujar Nizam.
Nizam mengajak semua pihak untuk melakukan akselerasi agar start-up digital dari dalam negeri yang berbasis teknologi dan inovasi dari perguruan tinggi terus tumbuh dan berkembang.
Di samping kurikulum machine learning, kata dia, Program Bangkit juga akan menawarkan dua topik pembelajaran lainnya agar mahasiswa siap berkarir di bidang teknologi. Kedua topik tersebut adalah pemrograman dengan pengembangan android dan dasar-dasar Cloud yang berfokus pada Google Cloud Platform.
“Peserta yang menyelesaikan program akan mendapat tambahan hingga 20 angka kredit semester, sesuai dengan ketentuan universitas masing-masing,” ungkap Nizam.
Setelah menyelesaikan program, peserta akan diundang ke virtual career fair, di mana mereka akan mendapatkan akses peluang kerja eksklusif ke perusahaan terkemuka di Indonesia.
Head of Developers Training, Economic Impact Programs, Google, William Florance, mengemukakan tahun ini Bangkit melakukan penyempurnaan program dalam mendukung cita-cita Kemendikbud menciptakan sistem pendidikan di perguruan tinggi yang lebih inovatif. “Kami dengan antusias memperkenalkan University Innovation Fellows Programme (UIF/ UIFP) di bawah payung Bangkit,” tuturnya.
UIF diselenggarakan oleh Sekolah Desain Stanford University yang terletak di Bay Area, California. Tujuannya, untuk memberdayakan siswa menjadi agen perubahan di sekolah mereka masing-masing. William mengatakan bahwa ini adalah komunitas global yang memastikan semua siswa punya sikap, skills, dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk menavigasikan dunia yang kompleks.
Program ini, lanjutnya, akan membantu siswa membentuk mindset kewirausahaan dan kepercayaan diri kreatif untuk menghadapi tantangan-tantangan global dan membangun masa depan lebih baik. Jadi, mahasiswa yang sudah menyelesaikan Program Bangkit, layak untuk dinominiasikan mengikuti program UIF.
“Keputusan siapa yang jadi UIF ada di bawah wewenang Stanford, bukan di kami. Yang kami lakukan adalah mengundang 15 kampus yang menjadi partner kami, untuk mendaftarkan paling banyak empat fellows. Pada akhir 2021, kita seharusnya saya prediksi ada kira-kira 60 fellows yang ikut UIF,” ujarnya.
Salah satu lulusan program Bangkit, Tia Dwi Setiani. Tia awalnya tidak memahami progamming atau machine learning. Sekarang, dia bisa mentransformasikan dirinya menjadi developer profesional TensorFlow yang bersertifikat. Ibu dua anak ini sekarang menjadi developer kurikulum.
Discussion about this post