JAKARTA, KabarSDGs — Program Puskesmas Terpadu dan Juara (PUSPA) — salah satu kebijakan Pemerintah Provinsi Jawa Barat menjadi langkah inovatif yang ditujukan untuk mengatasi Covid-19 melalui penguatan perasn Puskesmas dalam penanganan pandemi mematikan tersebut.
“Melalui program ini, Pak Gubernur ingin Puskesmas kita bisa betul-betul menjadi institusi terdepan untuk menyelesaikan permasalahan (penanganan Covid-19) di Jabar,” kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Barat Dewi Sartika dalam Diskusi Publik Kolaborasi Lintas Sektor dan Tata Kelola Publik dalam Penanganan Pandemi yang diselenggarakan Badan Strategi CISDI, Jakarta, Kamis (4/2/2021).
Bekerjasama dengan berbagai pemangku kepentingan yang ada, termasuk dengan organisasi masyarakat, program PUSPA diupayakan oleh Pemprov Jabar untuk menguatkan peran Puskesmas dalam penanganan Covid-19 melalui penguatan sumber daya manusia (SDM) yang saat ini jumlahnya terbatas.
Menurut Ika — sapaan akrab Dewi Sartika, jika dibanding dengan penduduk Jabar yang 50 juta (jiwa), jumlah Puskesmas di Jabar itu hanya sekitar 1.080 atau 1.090. Jadi memang jumlahnya tidak terlalu banyak.
Di tengah keterbatasan itulah, Pemda setempat mencoba sedikit menambah SDM yang ada di 100 Puskesmas di 12 kabupaten/kota di Jabar sekaligus meningkatkan mutu layanannya melalui berbagai pelatihan.
“Puskesmas kita ini akan ditingkatkan dengan penguatan sumber daya manusia. Dalam pelatihan tersebut, SDM yang akan dilatih adalah masing-masing dua tenaga kesehatan (nakes) dari 100 Puskesmas di Jabar dan tiga orang lainnya yang akan direkrut dari luar Puskesmas,” jelas Ika.
Untuk mempercepat penanganan Covid-19 di daerah tersebut, kata Ika, para nakes yang telah terlatih itu akan diperbantukan dalam upaya 3T, yaitu pemeriksaan, penelusuran kontak dan penanganan kasus Covid-19 di sekitar Puskesmas.
Selain itu, kata dia, akan membantu mengedukasi masyarakat tentang pentingnya penerapan 3M, yaitu memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak serta menghindari kerumunan guna mencegah penyebaran Covid-19. Selain itu, vaksinasi, dan juga membantu meningkatkan pelayanan dalam rangka promotif dan preventif.
Sementara itu, Pendiri CISDI Diah Saminarsih memaparkan konsep penguatan layanan kesehatan primer sudah menjadi fokus dalam program bernama Pencerah Nusantara. Program ini pun diujicobakan kembali dengan fokus untuk mengatasi Covid-19.
“Kami berniat untuk mewujudkan layanan kesehatan primer yang terintegrasi dengan nama Pencerah Nusantara untuk daerah-daerah terpencil. Namun, konsep itu sedikit berbeda dengan kondisi pandemi saat ini. Ibaratnya, ini sesuatu yang sudah ada di publik, tapi konsep itu diujicobakan kembali akibat ada guncangan eksternal,” katanya.
Diah menjelaskan, masih banyak pihak yang salah persepsi perihal konsep layanan kesehatan primer. Kebanyakan pihak menganggap bahwa konsep tersebut fokus pada penambahan tenaga kesehatan di suatu puskesmas.
“Jadi, kami membantu menguatkan puskesmas tak hanya dari segi tenaga, tapi juga dari proses manajemennya. Hal itu agar puskesmas berdaya untuk memberikan layanan kesehatan yang berkualitas,” ujarnya.
Program Pencerah Nusantara (PN) Covid-19 sudah berjalan di delapan tempat di Bandung dan Jakarta. Dengan berbagai masukan, program PN Covid-19 akhirnya memfokuskan kerja sama dengan pemerintah daerah, yaitu dengan Pemprov Jawa Barat. Nantinya, akan ada tambahan tenaga kesehatan (nakes) ke beberapa puskesmas di wilayah Jawa Barat. PULINA NITYAKANTI PRAMESI
Discussion about this post