JAKARTA, KabarSDGs — Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bekerja sama dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Tadulako melakukan pendampingan bagi masyarakat terdampak bencana untuk meningkatkan perekonomian pascabencana di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah.
Kegiatan Pembinaan Pendampingan Ekonomi pada 2019 di empat kabupaten /kota pascabencana yaitu Kota Palu, Kabupaten Donggala, Kabupaten Sigi, dan Kabupaten Parigi Moutong ini bertujuan meningkatkan kapasitas kelompok usaha masyarakat sehingga mampu memulihkan dan meningkatkan ekonomi, pendapatan serta kesejahteraan masyarakat di daerah pascabencana,” kata Wakil Rektor Bidang Pengembangan dan Kerja sama Universitas Tadulako, Prof. Dr. Ir. Amar, ST., MT, saat membuka Seminar Laporan Akhir Kegiatan Pembinaan dan Pendampingan Ekonomi di Jakarta, seperti diterima KabarSDGs, Rabu (4/11/2020).
“Program ini sangat bermanfaat bagi masyarakat, ini dilihat dari hasil produksi yang meningkat cukup signifikan. Ke depannya diharapkan kegiatan ini dapat mencapai tujuan bersama yaitu mengembangkan industri di daerah, meningkatkan daya saing dan kreatifitas pelaku usaha, meningkatkan kualitas UMKM serta meningkatkan potensi Daerah,” ucap Amar.
Sementara itu, Direktur Pemulihan dan Peningkatan Sosial Ekonomi (PPSE) dan Sumber Daya Alam (SDA) Yolak Dalimunthe menjelaskan, terdapat beberapa tahapan kegiatan Pembinaan Pendampingan Ekonomi yang telah dilakukan BNPB antara lain persiapan, koordinasi dan sosialisasi ke Pemerintah Daerah, bimbingan teknis, peningkatan kapasitas kelompok usaha masyarakat/bentuk studi banding, fasilitasi legalitas kelompok usaha, temu bisnis dan rapat koordinasi, dan hari ini merupakan tahap akhir yaitu ekspose laporan akhir kegiatan.
“Kegiatan pembinaan dan pendampingan ekonomi ini dilakukan melalui beberapa tahap, dimulai dari bimbingan teknis dan peningkatan kapasitas kelompok usaha hingga dipromosikan melalui pameran-pameran,” jelas Yolak.
Yolak berharap, program ini dapat berjalan dengan berkesinambungan melalui peran serta pemerintah daerah terkait dan bantuan swasta demi peningkatan kapasitas masyarakat Sulawesi Tengah.
“Besar harapan kami agar program ini dapat menginspirasi Pemerintah Daerah, swasta, dan universitas dalam melaksanakan pemulihan dan peningkatan ekonomi di daerah lainnya. Kami juga berharap semua stakeholder dapat menindaklanjuti hasil rencana tindak lanjut tersebut sehingga kegiatan pemulihan ekonomi ini dapat dilanjutkan oleh pemerintah daerah dan stakeholder terkait memberikan dukungan pada kelompok yang sudah dibina BNPB,” tutup Yolak.

Direktorat Pemulihan dan Peningkatan Sosial Ekonomi BNPB telah melakukan kegiatan pendampingan ekonomi di 4 kabupaten di daerah pascabencana untuk wilayah Sulawesi Tengah. Dari pelaksanaan kegiatan tersebut, telah terbentuk kelompok-kelompok usaha masyarakat, dimana setiap kelompok memiliki ciri khas dan kharakteristik yang berbeda – beda yang antara lain didasarkan pada jenis usaha yang dikembangkan yaitu :
1. Kabupaten/Kota Palu menghasilkan usaha pisang olahan,
2. Kabupaten Donggala menghasilkan usaha Ikan olahan dan kain tenun subi,
3. Kabupaten Sigi menghasilkan usaha piring lidi, dan
4. Kabupaten Parigi Moutung menghasilkan usaha minyak kelapa olahan dan piring lidi.
Sementara itu menurut data yang dihimpun oleh tim LPPM UNTAD terjadi peningkatan setelah melakukan pembinaan melalui pengembangan inovasi dan bimbingan teknis. Dalam evaluasi kegiatan usaha kelompok sasaran, teridentifikasi peningkatan hasil produksi yang tercermin dari peningkatan laba usaha per bulan kegiatan produksi kelompok sasaran.
“Terlihat dari hasil usaha tenun subi di Kabupaten Donggala yang sebelumnya pendapatan laba usaha hanya Rp 1.050.000 mengalami peningkatan menjadi Rp 2.163.84 atau sekitar 1,06 % per bulannya. Usaha kelapa minyak olahan di kabupaten Parigi Moutong yang sebelumnya hanya Rp 3.516.667 meningkat menjadi Rp 5.989.200 atau sekitar 0,70 % per bulannya,” jelas Raditya Jati, Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB.
Usaha pisang olahan di Kabupaten Palu yang sebelumnya pendapatan laba usaha hanya Rp 3.583.333 mengalami peningkatan menjadi Rp 4.629.667 atau sekitar 0,30 % per bulannya. Usaha piring lidi dikabupaten Sigi yang sebelumnya pendapatan laba usaha hanya Rp 1.563.542 mengalami peningkatan menjadi Rp 2.092.800 atau sekitar 0,34% per bulannya.
Raditya mengatakan, meskipun kegiatan pembinaan telah memberikan hasil berupa peningkatan laba usaha kelompok, diharapkan pembinaan yang telah dilakukan saat ini harus terus dikawal, dibimbing dan dirawat melalui keterlibatan semua pihak yaitu antara pemerintah pusat dengaan pemerintah daerah yang melibatkan organisasi perangkat daerah, dunia usaha, dan perguruan tinggi terkait.
Discussion about this post