JAKARTA, KabarSDGs – Virtual run atau kegiatan lari secara virtual menjadi tren di tengah pandemi Covid-19. Kegiatan ini membuat masyarakat tetap bisa berolahraga dengan aman meski harus menjalani pembatasan sosial.
“Menjaga kebugaran tubuh dengan berolahraga menjadi bagian dari gaya hidup saat ini. Olahraga yang dilakukan secara virtual menjadi salah satu pilihan pada masa pembatasan sosial seperti saat ini,” ujar Manager PT Dyandra Promosindo sekaligus Project Manager VXSport Bunga Swastika Putri saat diskusi daring bertema “Tren Virtual Run: Tak Keok Saat Berkompetisi Lari” yang diselenggarakan KabarSDGs, Jumat (30/10/2020).
Menurut Bunga, olahraga virtual selama masa pandemi juga bisa menyebarkan positivisme. Masyarakat tetap melaksanakan kegiatan menyenangkan dan menyehatkan di tengah situasi terbatas.
Virtual run sesungguhnya sudah ada sejak beberapa tahun lalu. Untuk mengikuti event virtual run, pelari tidak perlu berkumpul di satu lokasi, namun, bisa di lakukan di mana saja. Secara umum peserta hanya melakukan pendaftaran online, pilih event, dan mulai berlari yang bisa dilakukan di lingkungan rumah atau treadmill, baik sendiri maupun bersama teman dan keluarga.
Pelari Indonesia Dedeh Erawati menilai, telah terjadi perubahan dalam berbagai aspek kehidupan di dunia. Pandemi Covid-19 membuat hampir semua kegiatan dikerjakan secara virtual, termasuk olahraga. Situasi tersebut membuat masyarakat harus beradaptasi.
“Tangguh adalah orang-orang yang cepat beradaptasi dengan perubahan, tidak menyerah dengan keadaan serta mampu mengubah keterbatasan menjadi suatu tantangan,” katanya.
Virtual run, kata Dedeh, merupakan sebuah cara yang dikemas dengan tepat untuk membentuk masyarakat yang sehat, bermental tangguh, jujur, dan penuh percaya diri dalam menyelesaikan targetnya meskipun hanya dikerjakan seorang diri.
Dokter Spesialisasi Kedokteran Olahraga Andi Kurniawan menyambut positif kegiatan virtual run. Namun, ia mengingatkan masyarakat tetap waspada. Risiko cedera akan meningkat ketika kembali berolahraga pada kondisi detraining (akibat pandemi) dengan volume dan intensitas terlalu tinggi.
“Di kondisi pandemi saat ini, virtual run sebaiknya digunakan sebagai ajak untuk ‘Celebrate Your Health. Masih bisa berolahraga dengan sehat dan bukan untuk mengejar personal best,” tuturnya.
Kapten Care Eeach Other (CEO) Runners Satria Yudha mengakui ada perbedaan ketika mengikuti lomba lari secara langsung dan virtual. Menurutnya, persiapan menuju virtual run lebih santai.
“Usahanya berbeda. Dari mulai menjalani program hingga hari H, bangun paginya, ritual sebelum lomba, tim pendukung, lokasi perlombaan, dan refreshment,” ujarnya.
Menurut Satria, semua itu tidak bisa didapatkan di virtual run. Sebaliknya, lari secara virtual lebih sering menggunakan konsep multiple, sehingga peserta bisa mencicilnya.
Discussion about this post