Jakarta, KabarSDGs – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Tohir berencana melakukan merger atas dua BUMN yakni PT Industri Kereta Api (INKA) dan PT Kereta Api Indonesia (KAI). Pihaknya kini sedang mengkaji dalam rencana tersebut, namun mendapat penolakan dari berbagai pihak.
Salah satunya anggota Komisi VI DPR-RI Mufti Anam yang meminta agar rencana akuisisi PT PT INKA ke PT KAI dikaji ulang. Selain itu Pengamat Kebijakan Publik Agus Pambagio menolak tegas rencana tersebut
Agus memihta agar rencana merger tidak dilaksanakan. Pemerintah baiknya mengkaji ulang rencana tersebut secara matang.
“Lakukan studi yang cermat dan laksanakan kajian secara mendalam. Tapi untuk studinya ya pilih lembaga yang kompeten,” kata Agus Pambagyo, di Jakarta, Kamis (29/10).
Menurutnya kedua perusahaan negara tersebut bisa hancur jika diakuisisi. Saat PT KAI dipimpin oleh Ignatius Jonan (Menteri Perhubungan 2014-2016), perusahaan tersebut cukup apik dan bertumbuh baik. Sementara sekarang, ujar dia, kinerja perusahaan satu-satunya di Indonesia tersebut merosot bahkan kembang kempis.
“Karena disuruh ngurus yang lain -lain yang tidak ada urusannya dengan PT KAI. Sekarang kan PT KAI disuruh ngurus LRT, ngurus KCIC,hingga kondisinya sekarang turun lagi,” ujar dia.
Agus mengatakan, pemerintahan sekarang memang rajin melakukan merger perusahaan negara yang pada akhirnya kinerjanya juga masih belum teruji. Sebelumnya holding pertambangan, migas dan BUMN Farmasi. Langkah ini nampaknya di periode pemerintah sekarang meniru perusahaan Singapura Temasek dan Khasanah Malaysia yang memiliki kondisi dan situasinya berbeda.
“Saya melihat dalam melakukan merger ini pemerintah kurang melalui studi dan kajian yang mendalam,” papar dia.
Dia mendengar yang melakukan kajian dan studi terkait merger perusahaan BUMN ini adalah Bahana dan Danareksa Securitas yang notabene adalah perusahaan keuangan. Baiknya, kata dia sebelum melakukan kajian tunjuk lembaga studi yang bagus dan memiliki kapabilitas teruji. Sehingga lembaga tersebut bisa melakukan kajian yang visibel sesuai tuntutan .
“Sekarang kinerja PT INKA lagi moncer, karena pemasarannya pak Budi Noviantoro itu bagus. Disatu pihak PT KAI lagi turun, jadi kalau dimerger pasti hancur dua duanya. Maka itu saya gak setuju,”tegas dia.
Terpisah pengamat transportasi dari MTI (Masyarakat Transportasi Indonesia) Djoko Setiowarno mengatakan, PT INKA saat ini sedang mengalami perkembangan yang cukup bagus. Inovasi dan kreatifitas pengembangan usahanya sudah mulai menampakkan hasil. Diberi kepercayaan negara lain untuk memproduksi kereta dan lokomotif.
“Hasil sinergi dengan beberapa BUMN, dapat kepercayaan untuk membangun jaringan kereta beserta sarananya yang menghubungkan beberapa negara di Afrika,” kata dia.
Inovasi produksi bus listrik juga dapat dimanfaatkan oleh Ditjenhubdat, Kemenhub dalam mengembangkan program transportasi umum di daerah dengan skema Buy the Service.
Sikap tidak setuju juga dikemukakan Pengamat Transportasi dan mantan wartawan transportasi MS Hendrowijono. Menurutnya rencana tersebut tidak tepat walau tujuan yang ingin dicapai dianggap benar.
“Mungkin tujuannya benar tetapi menurut saya tidak tepat. Masak manufacture digabung dengan operator,” kata Hendrowijono.
Karena itu pula, Hendrowijono yang semasa jadi wartawan banyak meliput perkeretaapian Indonesia mengaku dirinya setuju dengan pernyataan anggota Komisi VI DPR-RI Mufti Anam yang meminta agar rencana akuisisi PT PT INKA ke PT KAI dikaji ulang.
“Oh ya, saya setuju pernyataan pak Anam sebagai Anggota DPR RI Komisi VI, yang meminta agar rencana akusisi INKA ke KAI dikaji ulang,” katanya.
Saat ini INKA punya pabrik baru, fix cost tinggi, butuh proyek, dan disisi lain pasar domestik hanya dari KAI dalam tiga tahun terakhir. Menurutnya merger baru bisa dilakukan lima tahun kedepan saat semua kereta KAI baru.
“Tetapi apakah INKA harus ditutup. Oleh karena itu dia mendesak perlu penetrasi ke pasar global dan itu harus diraih. Kalau tidak ada proyek, akusisi INKA akan membebani keuangan KAI yang lagi terdampak pandemi covid-19,” paparnya.
Dia khawatir jika INKA jadi anak perusahaan, pemerintah Congo akan balik kanan dan memilih China atau Turki sebagai gantinya.
“Kalau ini terjadi celaka dua belas. Megaproyek batal, INKA masuk KAI tanpa proyek, yang terjadi KAI ambruk,” jelas dia.
Discussion about this post