JAKARTA, KabarSDGs – Menteri Agama Fachrul Razi optimistis wakaf menjadi lokomotif kebangkitan perekonomian umat. Karena itu, Kemenag mengajak praktisi perwakafan di Indonesia mengkampanyekan literasi wakaf dan memperluas jangkauan literasi melalui media sosial.
“Kita semua yakin dan optimistis. Insya Allah suatu saat nanti wakaf menjadi lokomotif kebangkitan ekonomi umat dan instrumen penanggulangan kemiskinan di negara kita,” kata Fachrul dalam Pembukaan Rakornas Badan Wakaf Indonesia (BWI) dan Peluncuran Gerakan Wakaf Indonesia (Gerakin) di Jakarta, Senin (14/9).
Sebagai sumber keuangan syariah, menurut Fachrul, wakaf memiliki keunggulan pada keluasan dan keluwesan skema pengelolaan. “Siapa saja bisa berwakaf dan manfaat wakaf sangat luas sepanjang berada dalam koridor yang tidak bertentangan dengan ketentuan agama,” tuturnya.
Wakaf juga memiliki keunggulan sebagai aset sosial. Wakaf bisa diinvestasikan dalam instrumen keuangan komersial sepanjang tidak keluar dari batasan syariah. Karena itu, Fachrul mendesak adanya terobosan berkesinambungan dari sisi regulasi, kebijakan, program, dan layanan. Dengan begitu, manfaat wakaf dapat lebih optimal.
“Pemerintah melalui regulasi yang dibuat amat berkepentingan memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam berwakaf,” ujar Menag.
Fachrul mengingatkan aset wakaf harus dikelola dengan amanah, transparan, dan profesional sehingga nilai manfaat semakin berkembang dan produktif. “Kami mengajak seluruh institusi terkait dan segenap elemen masyarakat memberi perhatian terhadap perlindungan, pengamanan, dan perkembangan aset-aset wakaf serta meningkatkan literasi masyarakat dalam berwakaf,” kata Fachrul.
Libatkan Praktisi
Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Kamaruddin Amin mengajak meningkatkan minat berwakaf masyarakat, terutama bagi kalangan yang terbiasa menggunakan gawai sebagai media informasi sehari-hari.
“Misalnya secara sederhana dengan membuat meme tentang wakaf yang mudah dicerna masyarakat,” kata Kamarrudin dalam forum Rakornas Badan Wakaf Indonesia (BWI) Tahun 2020 di Jakarta, Senin (14/9).
Dia menilai, langkah ini dilakukan karena masyarakat lebih mudah memahami media informasi yang sederhana pada era digital. “Ilmu tentang wakaf masih minim menyentuh masyarakat, beda dengan zakat yang ilmunya sudah ada dari SD, SMP, dan SMA,” tuturnya.
Menurut Kamaruddin, praktisi dan stakeholders perwakafan harus menggalakkan literasi masyarakat tentang wakaf. Mereka bisa bekerja sama dengan elemen masyarakat dan kaum muda seperti kelompok mahasiswa.
“Bersinergi dengan elemen masyarakat penting, karena dapat menjangkau masyarakat awam yang belum tahu pentingnya wakaf. Bila sudah tahu, dijamin akan ada optimalisasi wakaf,” ujar Kamaruddin.
Discussion about this post