JAKARTA, KabarSDGs – Partisipasi banyak pihak diperlukan untuk melakukan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) pascapandemi COVID-19. Hal itu disampaikan Pakar Sosial Budaya Satgas Nasional Penanganan Covid-19 Prof Meutia Farida Hatta dalam Webinar “Tantangan Perubahan Perilaku Menuju Adaptasi Kebiasaan Baru”, Senin (31/8) di Jakarta.
Menurut dia, dalam pelaksanaan akan banyak tantangan yang dihadapi. “Kerap kali, pengetahuan masyarakat dan perilakunya tidak sejalan. Padahal, mereka juga sudah tahu lewat iklan, misalnya,” ujar Meutia. Masalah ini, lanjutnya, yang membuat perlu adanya peninjauan ulang penerapan AKB dari aspek sosial budaya, agar protokol kesehatan dapat dilakukan secara konsisten.
Meutia mengatakan, terdapat banyak faktor yang mendorong masyarakat melanggar protokol kesehatan, seperti kurangnya pemahaman masyarakat perihal kondisi pandemi, ketidaksabaran masyarakat dalam mematuhi protokol kesehatan dalam kurun waktu yang panjang, stress dalam menghadapi kesulitan, kebutuhan interaksi sosial terutama dalam upacara adat dan agama, hingga kondisi lingkungan rumah yang kurang nyaman.
Faktor-faktor di atas, kata dia, bisa dicegah dengan beberapa langkah yang dapat dilakukan bersama antara Pemprov dan masyarakat DKI Jakarta. Aktivitas yang perlu dilakukan bersamaan ini diantaranya adalah penanganan khusus pada hari atau acara yang diduga akan membuat kerumunan, pelibatan anak-anak muda dalam sosialisasi protokol kesehatan, serta pelayanan kesehatan jiwa bagi yang membutuhkan.
“Selain itu, model pelayan publik berbasis online yang profesional dan aman juga merupakan salah satu hal krusial yang harus terus diusahakan oleh Pemprov dalam masa pandemi ini,” kata Meutia.
Menciptakan masyarakat yang patuh untuk melaksanakan protokol kesehatan saat ini tak hanya akan berhasil mengatasi Pandemi, namun juga akan menciptakan ketahanan budaya yang dapat berguna untuk menghadapi tantangan bangsa ini kedepannya. Masyarakat perlu selalu melakukan inovasi, baik dari segi ide maupun aspek implementasinya. “Selain itu, masyarakat DKI Jakarta merupakan contoh kecil dari mozaik masyarakat Indonesia,” kata Meutia.
Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, kemitraan pemerintah dan masyarakat dalam menghadapi pandemi penting dilakukan. Pemerintah harus melakukan minimal tiga hal, yaitu meningkatkan kemampuan dan kegiatan testing, melakukan tracing, serta merawat dan menyembuhkan para pasien positif.
Sedangkan masyarakat dalam berkegiatan diharuskan untuk selalu menggunakan masker, mencuci tangan dengan air dan sabun, serta menjaga jarak. “Tanpa aksi dari kedua pihak ini secara bersamaan, akan ada kelambatan dalam proses penanganannya,” ujar Anies.
Kebiasaan baru, kata Anies, diawali oleh proses pengajaran dan pendisiplinan. Melalui pendisiplinan, masyarakat akan terbiasa melakukan hal baru yang kemudian tumbuh menjadi kebudayaan baru. (PULINA NITYAKANTI PRAMESI)
Discussion about this post