JAKARTA, KabarSDGs – Pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals) menjadi penting dalam pemulihan ekonomi pascapandemi virus corona baru (COVID-19). Pelaku usaha atau perusahaan harus lebih peduli kelestarian lingkungan dan sumber daya.
“Kami telah memulai dengan adanya mandat CEO board tentang berkelanjutan. Kami secara mendasar yakin, inilah hal benar yang harus dilakukan,” ujar Chief Sustainability Officer DBS Bank Mikkel Larsen dalam webinar Restart and Rebuild After Crisis seperti dirilis siaran pers yang diterima KabarSDGs, kemarin.
Kesadaran mengenai Sustainable Development Goals (SDGs) menjadi tuntutan yang tak bisa diabaikan. Larsen menilai, investor bahkan semakin peduli terhadap peningkatan investasi berbasis bisnis yang berkelanjutan.
Menurut Global Impact Investment Report, telah terjadi peningkatan dampak investasi dari US$ 119 miliar pada 2016 menjadi US$ 502 miliar pada 2019. “Secara internal kami telah melakukan bisnis keberlanjutan secara benar dan ternyata menjadi kebutuhan bisnis,” ujar Larsen.
Lembaga riset Nielsen dalam laporannya bertajuk ‘The Evolution of The Sustainability Mindset’ terbitan 2018 menyebutkan, ada tren besar perusahaan di dunia berkomitmen dan berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk mendukung pembangunan berkelanjutan.
Survei itu juga menunjukkan perusahaan-perusahaan di Asia Tengara, termasuk Indonesia, menempati peringkat teratas dalam pemenuhan pembangunan berkelanjutan. Sebanyak 76 persen perusahaan percaya memiliki peran penting memenuhi program yang diinisiasi Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Larsen menilai, sejumlah pemerintah negara di Asia Tenggara aktif mendorong berbagai kebijakan untuk mendorong pelaku bisnis menerapkan pembangunan berkelanjutan. “Di Singapura ada permintaan agenda green sangat kuat, karbon tax. Saya tahu hal serupa terjadi, termasuk penerapan (pada bisnis) bank dan korporasi,” tuturnya.
Larsen mengatakan, kekayaan sumber daya alam dan keanekaragaman hayati di Indonesia menjadi modal penting pemenuhan pembangunan berkelanjutan. Namun, para pelaku bisnis perlu didorong sehingga lebih berkontribusi.
“Kalau kita melupakan partisipasi sosial, tidak akan kuat. Pandemi COVID-19 ini telah memberikan tekanan negara berkembang atau emerging market, mereka harus mempersiapkan perlindungan masyarakat,” pungkasnya.
Ketua Pelaksana Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Indonesia Arifin Rudiyanto menilai, pandemi COVID-19 tidak hanya berdampak negatif. Sekarang muncul Koalisi Sosial Berskala Besar (KSBB), di mana para filantropi bergabung dengan pemerintah.
“Mereka melihat masyarakat mana paling terdampak. Mereka bergabung dan berusaha membantu,” kata Arifin.
Perusahaan, menurut Arifin, juga semakin sadar harus melakukan perubahan. Pola-pola produksi perlu disesuaikan untuk mengantisipasi pandemi berikutnya.
Discussion about this post