JAKARTA, KabarSDGs – Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Menteri PPPA) Bintang Puspayoga menilai perlindungan anak-anak dari virus corona baru (COVID-19) harus lebih komprehensif. Sebab, berdasarkan data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang dihimpum pada 17 Maret-20 Juli, jumlah kasus anak-anak terkonfirmasi terpapar COVID-19 mencapai 2.712 kasus.
Bintang mengatakan, kesehatan fisik dan mental anak-anak harus menjadi perhatian utama menuju normal baru. Kesehatan fisik terkait ketahanan ekonomi keluarga yang memengaruhi pemenuhan gizi. Sementara kesehatan mental berhubungan dengan penyesuaian menjalani Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Kondisi ini dapat menyebabkan anak merasa kesepian, tertekan, dan kebingungan.
“Karenanya dibutuhkan pendampingan mental dan emosional secara langsung,” ujarnya dalam siaran pers diterima KabarSDGs, Sabtu (25/7).
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen-PPPA) melakukan berbagai upaya untuk kepentingan anak-anak selama pandemi dan adaptasi menuju normal baru. Mereka menginisiasi Gerakan Bersama Jaga Keluarga Kita (BERJARAK), menerbitkan protokol kesehatan, melakukan pendampingan kasus COVID-19 pada anak-anak rentan, pembuatan dan penyebarluasan materi KIE ramah anak di berbagai media terkait isu-isu anak dan pengasuhan keluarga, pemberian paket pemenuhan kebutuhan spesifik anak, dan memberikan layanan Psikologi Sehat Jiwa (SEJIWA).
Sebagai bagian dari rangkaian Hari Anak Nasional 2020, Menteri Bintang beraudiensi dengan perwakilan anak-anak di seluruh Indonesia. Dia mendengarkan pendapat anak-anak tentang pandemi COVID-19 dan proses penyusunan Suara Anak Indonesia 2020.
Kemen-PPPA juga telah memperkuat kerja sama dengan Forum Anak sebagai wadah partisipasi anak dengan menjadi Pelopor dan Pelapor (2P). Jejaring layanan Pusat Pembelajaran Keluarga (PUSPAGA) juga dipererat.
Terpisah, Dokter Spesialis Anak Damayanti Rusli mengatakan, pemberian asupan makanan bergizi untuk anak penting. Langkah ini dapat membantu pembentukan daya tahan tubuh, sehingga mencegah pemaparan virus.
“Semua asupan makanan bergizi yang kita konsumsi akan membentuk sel-sel kekebalan tubuh. Zat yang membentuk sel kekebalan tubuh adalah protein, karbohidrat, dan lemak, sementara vitamin serta mineral berfungsi mengkatalis reaksi pergantian sel-sel tubuh,” ujarnya.
Ketika daya tahan tubuh bagus, dia menambahkan, tubuh bisa mengenali virus yang akan masuk dan menyingkirkannya. “Tapi, jika mengalami malnutrisi atau gizi buruk dan akhirnya memiliki daya tahan tubuh kurang bagus, tubuh tidak mengenali virus yang akan masuk sehingga dapat bebas berkembang biak di dalam tubuh.”
Selain pemenuhan asupan makanan bergizi, menurut Damayanti, pemberian imunisasi dasar penting bagi kesehatan dan keberlangsungan tumbuh kembang anak. Namun, berdasarkan survei Kementerian Kesehatan pada Juni 2020, hampir 80 persen pelayanan Puskesmas dalam bentuk Posyandu terhenti. Mayoritas alasannya adalah kekhawatiran komunitas terhadap COVID-19.
Anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Ahmad Surtawan menilai, layanan imunisasi dasar tetap diberikan di Puskesmas, praktik pribadi dokter, atau rumah sakit sesuai jadwal. Kegiatan dilakukan sesuai protokol kesehatan.
“Protokol kesehatan tersebut dapat dilakukan melalui pengaturan jadwal kedatangan agar anak tidak berkumpul terlalu lama. Di wilayah dengan kasus COVID-19 tinggi, diusahakan ada petugas yang menanyakan terkait kontak dengan orang yang terpapar COVID-19. Anak dijaga agar tidak berada di sekitar fasilitas kesehatan. Jauhi orang yang sedang batuk,” ujar Ahmad.
Dia menambahkan, dokter atau petugas kesehatan yang berusia lebih dari 65 tahun tidak perlu berhadapan langsung dengan pasien. Namun, mereka tetap membantu menyebarkan informasi terkait pencegahan COVID-19 dan program imunisasi melalui media sosial atau media lainnya.
Discussion about this post