JAKARTA, KabarSDGs – Menteri Riset dan Teknologi/Kelapa Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang PS Brodjonegoro menilai teknologi alat kesehatan Indonesia mulai bangkit dan mandiri. Hal ini menyusul inovasi lima jenis ventilator di tengah kebutuhan tinggi selama pandemi virus corona baru (COVID-19).
Bambang menjelaskan, lima ventilator sudah masuk tahap produksi dan didistribusikan ke rumah sakit yang memerlukan tanpa dipungut biaya. “Kelima ventilator sudah mendapat izin edar, kecuali dari LIPI masih dalam tahap uji produksi. Dari produksi yang sudah dilakukan, kebanyakan masih difokuskan mengisi kekosongan di rumah sakit maupun fasilitas kesehatan, dengan kata lain belum menuju komersial dan lebih fokus mengisi kebutuhan seperti disampaikan gugus tugas,” ujarnya dalam siaran pers diterima KabarSDGs, Senin (6/7).
Bambang memuji capaian para peneliti dan inventor yang menghasilkan ventilator dalam waktu singkat. Dua dari tiga ventilator dari Institut Teknik Bandung (ITB) dan Universitas Indonesia (UI). Dukungan crowd funding dari berbagai lapisan masyarakat tak hanya membantu pembuatan prototipe hingga uji coba, tapi langsung diproduksi dan didonasikan.
Menurut Bambang, ITB sudah menyalurkan lebih dari 300 unit ventilator ke berbagai rumah sakit di banyak provinsi di Indonesia. UI pun menargetkan 300 unit ventilator, dengan harapan akan menjadi donasi. “Belum pada konteks menjual atau secara komersial,” katanya.
Pemerintah, melalui Gugus Tugas COVID-19 atau Kementerian Kesehatan, menjajaki kerja sama pengadaan alat kesehatan produksi dalam negeri secara terpusat. Dengan begitu, produsen bisa mendapatkan kepastian pembelian dan distribusi tepat sasaran.
Bambang berharap industri alat kesehatan semakin berkembang pesat setelah pandemi. “Pemerintah siap membantu hilirisasi dan komersialisasi produk alat kesehatan yang merupakan hasil inovasi. insentif utama yaitu kepemilikan hak paten, kemudian dibeli lisensinya oleh pihak industri atau swasta,” tuturnya.
Vaksin COVID-19
Terkait pengembangan vaksin COVID-19, lanjut Bambang, Keputusan Presiden (Keppres) segera keluar pekan depan atau dua pekan lagi. Menristek/Kepala BRIN akan menjadi Ketua Tim Pengembangan Vaksin bersama Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto dan Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir.
Bambang mengatakan, pengembangan vaksin harus cepat, efektif, dan mandiri. “Kami mencari vaksin paling cepat yang bisa dikembangkan. Kecepatan itu penting. Jangan sampai Indonesia tertinggal dalam memproduksi vaksin sesuai dengan strain virus yang beredar di Indonesia. Karenanya, kita tetap perlu mengembangkan vaksin di dalam negeri,” ujarnya.
Bio Farma, sebagai BUMN, sudah bekerja sama dengan perusahaan China Pharmaceutical. Tahapan vaksinnya sudah masuk uji klinis tahap dua dan tiga. Menurut Bambang, internal Lembaga Eijkman juga telah melakukan pengembangan vaksin menggunakan metode rekombinan protein melalui kerja sama dengan Bio Farma.
“Vaksin yang dikembangkan Eijkman sudah langsung menggunakan virus di Indonesia. Jadi mandiri maksudnya baik dalam pengembangan bibit vaksin dan paling penting juga dalam produksinya,” kata Bambang.
Discussion about this post