• HOME
  • SUSTAINABILITY
  • CSR
  • UKM CORNER
  • AKADEMIKA
  • TRAVEL & LIFESTYLE
  • INTERVIEW
  • OPINION
  • GALERI
29 June 2022
No Result
View All Result
Kabar SDGs
Advertisement
  • HOME
  • SUSTAINABILITY
  • CSR
  • UKM CORNER
  • AKADEMIKA
  • TRAVEL & LIFESTYLE
  • INTERVIEW
  • OPINION
  • GALERI
No Result
View All Result
Kabar SDGs
No Result
View All Result
Home OPINION

Waspada, Jurnalisme Provokasi Cederai Keamanan Berdemokrasi

by Humairah Mufidah
30 June 2020
Waspada, Jurnalisme Provokasi Cederai Keamanan Berdemokrasi

Metha Madonna, S.Sos, M.Ikom

47
SHARES
292
VIEWS
Bagikan di FacebookWhatsapp

Oleh Metha Madonna, S.Sos, M.I.Kom

Demokrasi Pancasila memberi ruang cukup besar bagi tumbuh kembangnya aspirasi masyarakat dalam upaya membangun negeri melalui saluran (kanal) konstitusi seperti MPR, DPR, DPRD atau kontak-kontak pengaduan langsung yang dibuka institusi Pemerintah atau lewat kanal alternatif seperti media massa maupun media sosial.

BACA JUGA

Polisi Jaga Toko Retail-SPBU Selama Darurat Gempa Sulbar

Polisi Jaga Toko Retail-SPBU Selama Darurat Gempa Sulbar

19 January 2021
Pemerintah Pastikan Vaksin Covid-19 Aman Sebelum Digunakan

ITAGI Minta Pemerintah Jelaskan Pembuatan Vaksin Super Cepat

10 November 2020

Belakangan, kanal alternatif seperti media sosial dinilai lebih aktif untuk menyampaikan aspirasi publik. Birokrat atau pihak-pihak yang disasar kririk dan keluhan via media sosial seperti facebook, twitter dan Whatsapp, terlihat jauh lebih responsif walau belum tentu soal tindaklanjutnya. Aksi responsif birokrat, tokoh atau pihak atas kebijakan atau peristiwa yang jadi ‘trending topic’ adalah dampak budaya bermedia sosial di masyarakat.

Pada saat bersamaan, kanal-kanal konstitusional terkesan lamban dan tak banyak berperan bahkan dianggap menimbulkan masalah. Aspirasi publik dengan muatan kepentingan golongan, kelompok maupun individu mengalir deras di media sosial dalam penyampaian berbentuk kritik, harapan hingga ratapan. Baik berbahasa santun, terstruktur, simpatik atau sebaliknya, kotor, serampangan dan menimbulkan kebencian sebagaimana halnya fenomena berita bohong (hoaks).

Celakanya aspirasi atau motif tersembunyi lainnya yang disampaikan dengan cara-cara negatif, tidak santun dan cenderung mengobarkan kebencian tidak lagi berada di area media sosial. Muatan negatif atau disebut provokasi telah merambah di media online sebagaimana diungkapkan oleh Nazarova, E. A. (2017) dalam jurnalnya yang berjudul ‘Provocations In The Media and Their Perception By The Youth Audience’.

Barangkali muncul pertanyaan memangnya kenapa dengan media online? Pastinya kelompok media ini sebelumnya berasal dari berbagai media konvensional (cetak dan elektronik) yang hijrah mengikuti arus digitalisasi jaringan terintegrasi global (internet). Media mainstream ini bermetamorfosis menjadi e-paper, e-magazine atau radio dan televisi streaming.

Tidak dipungkiri belakangan ini sejumlah surat kabar yang terbit di Indonesia sebagian besar didukung dengan e-paper dan online.

Intinya media online adalah perusahaan atau lembaga penyiaran berbadan hukum atau minimal punya pemahaman yang cukup mengenai kode etik dan hukum pers yang basis fundamentalnya adalah independensi.

Tentunya menjadi tanggungjawab owner, pengelola maupun karyawan perusahaan media online bersangkutan agar mengedepankan asas independensi pers. Termasuk juga media online tak berbadan hukum yang tidak terverifikasi di Dewan Pers atau asosiasi jurnalis.

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Dewan Pers jumlah media massa baik cetak, elektronik maupun online 2016 yang terdaftar sebanyak 1645 media yang terbagi menjadi beberapa bagian, untuk media yang sudah terverifikasi administrasi dan faktual berjumlah 76 media, terverifikasi administrasi sebanyak 289 media, dan sebanyak 1280 media belum terverifikasi.

Jurnalisme Provokasi

Munculnya jurnalisme provokasi tidaklah serta merta terjadi, melainkan sebagai ujung ranting dari sebuah proses propaganda politik atau doktrinasi melalui media. Sebagaimana terjadi di negara Eropa Timur seperti Rusia dan Polandia dimana pemberitaan media berupaya memengaruhi sikap dan loyalitas rakyat terhadap kondisi negara termasuk orientasi hidup dan ideologi seperti termuat dalam Poland’s Journalisists; Professionalism and Politics (Jane Leftwich Curry, 2009).

Jurnalisme provokasi di Tanah Air diawali saat kran kebebasan pers terbuka oleh momentum reformasi 1998. Euforia kemerdekaan pers dari keterkekangan selama rezim Orde Baru telah membuat pers mengeksploitasi segala konflik yang terjadi di masyarakat secara gamblang, kritis dan tajam, namun disampaikan secara dramatis, bombastis dan tendesius bahkan cenderung menghujat dengan harapan memancing emosi khalayak.

Selanjutnya era reformasi yang didukung terjadinya digitalisasi media berbasis internet menjadi lahan subur jurnalisme provokasi yang ideal. Tiada lagi kontrol penguasa, kian diabaikannya kode etik, sementara masyarakat juga tidak mampu membedakan media online dengan kemerdekaan liar media sosial.

Fenomena jurnalisme provokasi telah bermunculan pada saat Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 ketika mempertemukan pasangan capres-cawapres Joko Widodo – Jusuf Kalla dengan Prabowo Subianto – Hatta Rajasa. Saat itu marak kampanye negatif (black campaign) bertebaran di media sosial maupun media online yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.

Puncaknya justru ketika Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017 dimana pemberitaan bermuatan provokasi bak air bah di media online mupun konvensional. Utamanya pemberitaan berbasis sentimen Suku, Agama, Ras dan Antargolongan (SARA) yang bermula Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) terpeleset kasus penistaan Agama Islam dan Al Qur’an.

Derasnya pemberitaan menghujat dan menuntut Ahok di media online, nyatanya tidak kalah gencar dengan artikel pembelaan oleh kelompok Pro-Ahok, dalam penyampaian sama-sama dituangkan dalam bentuk provokatif, saling menjatuhkan dan emosional.

Jika diamati saat ini peristiwa konflik yang ada di masyarakat sering terjadi. Ketika peristiwa konflik terjadi biasanya akan selalu banyak media yang meliput, karena isu ini dianggap ‘seksi’ bagi insan pers. Sebab peristiwa yang mengandung konflik adalah salah satu peristiwa yang dianggap layak untuk dijadikan berita. Konflik dianggap punya nilai berita tinggi karena biasanya menimbulkan kerugian atau korban (Ben Abidin Santosa, 2017).

Pemberitaan berbasis konflik SARA yang masif dan agresif di media online, ditambah panasnya perseturuan media sosial tentunya sangat dikhawatirkan dapat menjadi pemicu semakin meluas dan berkepanjangan konflik. Maka perlu diperhatikan fenomena jurnalisme provokasi yang mengancam keamanan berdemokrasi.

Waspada Jelang Pilpres 2019

Pastinya jurnalisme provokasi tidaklah semata berasal dari pihak penantang, oposisi atau kelompok yang kecewa dengan pemerintah petahanan (incumben). Provokasi dalam bentuk propaganda atau doktrinasi telah melekat dengan kekuasaan otoriter di rezim masa lalu, jadi peluang saling memprovokasi oleh media massa pendukung salah satu kontestan Pilpres 2019 bisa saja terjadi.

Tentunya perlu perumusan kriteria definisi dan serangkaian langkah identifikasi lainnya guna mendeteksi dini munculnya jurnalisme provokasi berbasis sentimen SARA di Pilpres 2019. Jika tidak, fenomena pemberitaan atau jurnalisme provokasi dapat mencederai keamanan berdemokrasi di Tanah Air.

Setidaknya melalui tulisan ini serta riset yang tengah penulis lakukan di Pusat Kajian Keamanan Nasional (Puskamnas) Universitas Bhayangkara Jakarta Raya membangkitkan sensor-sensor kepekaan nurani agar setiap insan jurnalis, media massa serta pihak-pihak yang terlibat lainnya agar selalu mengedepankan unsur kemanusiaan, menjaga persaudaraan antar umat beragama serta menjaga keutuhan persatuan bangsa dalam bingkai NKRI. (Penulis — Dosen dan Peneliti Kajian Jurnalistik & Penyiaran di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Bhayangkara Jakarta Raya (UBJ).

Share19SendTweet12
Previous Post

Pemerintah Berkomitmen Wujudkan Bonus Demografi Berkualitas

Next Post

ACT Bekasi Ajak Masyarakat Perbaiki Perekonomian di Era Normal Baru

Next Post
ACT Bekasi Ajak Masyarakat Perbaiki Perekonomian di Era Normal Baru

ACT Bekasi Ajak Masyarakat Perbaiki Perekonomian di Era Normal Baru

Menristek/Kepala BRIN Bambang PS Brodjonegoro (dokumentasi Kemenristek/BRIN)

Hadapi Normal Baru, Menristek Tekankan Pentingnya Optimalisasi Riset dan Inovasi

Discussion about this post

NEWS UPDATE

Raih Penghargaan Marketeers, Lion Parcel Jagonya Kirim Paket Murah

Raih Penghargaan Marketeers, Lion Parcel Jagonya Kirim Paket Murah

29 June 2022
Pastikan Bus Pariwisata Laik Jalan

Pastikan Bus Pariwisata Laik Jalan

29 June 2022
Memasuki Libur Sekolah, Ini Destinasi yang Tepat untuk Keluarga

Memasuki Libur Sekolah, Ini Destinasi yang Tepat untuk Keluarga

29 June 2022
Gelar Festival Pangan, KRKP Sorot Persoalan Pangan yang Tak Kunjung Usai

Gelar Festival Pangan, KRKP Sorot Persoalan Pangan yang Tak Kunjung Usai

28 June 2022
Pengunjung Pulau Komodo Akan Dibatasi, Demi Kelestarian Satwa

Pengunjung Pulau Komodo Akan Dibatasi, Demi Kelestarian Satwa

28 June 2022

POPULAR

  • Iman Lubis (Universitas Pamulang)

    Terapkan Proyek Hijau, Solusi Tepat Indonesia Turunkan Emisi Gas Rumah Kaca

    130 shares
    Share 52 Tweet 33
  • Ini Tujuan Presiden Jokowi ke Jerman, Ukraina, Rusia, dan UEA

    18 shares
    Share 7 Tweet 5
  • PKM Mahasiswa, Sampah Plastik Diolah Menjadi Bernilai Seni

    54 shares
    Share 22 Tweet 14
  • Pemerintah RI Dukung Ciptakan Para Pengusaha Baru, Ini Kata Wirawan Panoedjoe Soebagyo

    16 shares
    Share 6 Tweet 4
  • BMKG: 2021 Indonesia Masih Terancam Gempa Berpotensi Tsunami

    136 shares
    Share 54 Tweet 34

NEWS CHANNELS

  • AKADEMIKA
  • CSR
  • EKONOMI
  • GALERI
  • HOT NEWS
  • INTERVIEW
  • KESEHATAN
  • KESRA
  • LINGKUNGAN
  • OPINION
  • PENDIDIKAN & IPTEK
  • SUSTAINABILITY
  • TRAVEL & LIFESTYLE
  • UKM CORNER

INFORMATION

  • About Us
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Contact

CONTACT

Hubungi redaksi melalui email di bawah ini:

redaksi@kabarsdgs.com

 

No Result
View All Result
  • HOME
  • SUSTAINABILITY
  • CSR
  • UKM CORNER
  • AKADEMIKA
  • TRAVEL & LIFESTYLE
  • INTERVIEW
  • OPINION
  • GALERI

© 2020 Kabar SDGS - Hak cipta dilindungi oleh undang - undang.