JAKARTA, KabarSDGs — Hari menjelang sore saat KabarSDGs mengunjungi kantor Ketua Pelaksana Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainability Development Goals (SDGs) Arifin Rudiyanto di Kawasan Menteng, Jakarta, belum lama ini. Mengenakan kemeja lengan panjang berwarna paduan coklat, biru, putih, dan hitam, Arifin memulai perbincangan terkait SDGs dengan antusias kepada Fifia A Himawan, Alvin Tamba, dan Aulia Rachman (Fotografer) dari KabarSDGs.Com.
“Presiden minta semua orang tahu apa itu SDGs,” kata Arifin yang mencontohkan Keluarga Berencana (KB) sebagai suatu gerakan yang patut ditiru SDGs, karena semua orang mengetahui apa itu KB, bagaimana cara ber-KB,dan apa untungnya ber-KB.
Presiden, lanjut dia, meminta SDGs menjadi suatu gerakan, dan itu masih menjadi pekerjaan rumah (PR) Indonesia. “Semua orang tahu apa itu SDGs, bagaimana menjalankan SDGs, tahu apa untungnya kalau menggunakan SDGs. Ini masih menjadi PR kita, dan kita masih menyiapkan strategi komunikasinya.”
Tidak hanya pemerintah yang melaksanakan SDGs namun juga non-pemerintah. SDGs yang merupakan kebutuhan mendesak dari seluruh dunia, dilaksanakan oleh semua negara. “Yang maju membantu yang kurang dengan pengalamannya dan pendanaannya. Negara-negara yang masih kurang beruntung bisa belajar dan fokus karena ada bantuan, ini secara global.”
Lulusan Sarjana Pertanian dari Institut Pertanian Bogor tahun 1984 ini menuturkan, apa yang terjadi di satu negara akan berpengaruh terhadap negara lain. Hutan Indonesia menjadi contohnya. Karena termasuk sumber paru-paru dunia, jika tidak dijaga maka dampaknya bisa sampai negara-negara di Eropa dan negara lainnya di dunia. “Mereka memiliki kepentingan.”
SDGs pada prinsipnya, kata Arifin, terdiri dari lima P. Pertama Planet, manusia harus bisa menjaga bumi ini agar tetap sehat dan ekosistem berkelanjutan. Kedua People, yaitu orangnya sehat, pintar, dan tidak lapar. Ketiga Prosperity yakni kesejahteraan. Keempat Peace, yaitu kita semua hidup damai, serta kelima Patnership atau kemitraan.
“Lima P ini sebetulnya sama dengan cita-cita dari pendiri negara kita pada 1945. Mereka merumuskannya dengan kalimat singkat, menuju masyarakat adil dan makmur,” ujar lelaki yang mengambil gelar Master di University of Newcastle Upon Tyne, UK, pada 1993, dan gelar Ph.D di University of Wollongong University, Australia pada 2002.
Adil dan makmur itu berarti tanah air buminya terjaga ekosistemnya, bisa dinikmati generasi mendatang. “Orangnya sehat, cerdas, dan ini untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan menjaga ketertiban dunia (Peace). Pelaksanaannya bagaimana? Gotong royong,” kata Arifin yang juga menjabat sebagai Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam di Bappenas.
Dia mengatakan, melaksanakan SDGs bukan karena kewajiban global, tetapi melaksanakan tujuan Indonesia bernegara. “Melaksanakan tujuan kita bernegara sekaligus kita memenuhi komitmen global. Jadi buy one get two.”
Dalam mencapai 17 goals SDGs, pemerintah Indonesia membagi menjadi empat pilar. Pilar ekonomi, pilar sosial, pilar lingkungan, dan pilar tata kelola. Ada tiga strategi yang disiapkan dalam menghadapi tujuan yang kompleks itu.
Pertama, membangun political will dari semua pihak, semua tingkat pemerintahan dari presiden, gubernur, wali kota, camat, hingga lurah. Kedua, Indonesia harus memiliki legal basis yang kuat. Ketiga, memiliki strategi yang bagus.
“Political will alhamdulillah sudah kita peroleh. Hampir semua pihak mendukung SDGs. Misal dari pemerintah, Presiden menjadi ketua steering committee, semua menteri jadi anggota. Kemudian setiap daerah ada rencana aksi daerah yang dipimpin gubernurnya, itu dari sisi eksekutif. Di legislatif juga ada tim khusus yang membidangi SDGs, bahkan mereka sudah melakukan pertemuan parlemen seluruh dunia.
Sementara dari dunia usaha, sudah ada filantropi dan bisnis untuk SDGs, anggotanya dari perusahaan-perusahaan besar dan individu-individu yang fokus terhadap SDGs, sesuai konsentrasi dan bisnis mereka. Ada yang konsentrasi di bidang sosial, ekonomi, maupun lingkungan.
SDGs juga melibatkan dari Akademisi. Setidaknya ada sekitar 18 SDGs Center dibentuk oleh universitas-universitas di setiap provinsi. “Hal itu untuk mendukung capaian SDGs di provinsi masing-masing.”
Dari Civil Society Organization (CSO), Arifin mencontohkan Baznas yang menerbitkan buku “Fikih for SDGs”. Intinya, zakat bisa digunakan untuk mendukung pencapaian SDGs, karena prinsipnya tidak hanya untuk umat muslim, tapi kesejahteraan umat. “Ini sudah berjalan.”
Strategi kedua dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yaitu dari sisi Legal basis. Semua kegiatan di Indonesia harus ada dasar hukumnya. Maka dikeluarkan Perpres Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia. Sementara strategi ketiga yaitu harus memiliki strategi yang baik. “Kita merefleksikan dalam Rencana Aksi Nasional,” ujar Arifin.
Secara implementasi, Arifin menuturkan, untuk mencapai SDGs ini semua butuh biaya. Pemerintah,lanjutnya, telah menghitung perkiraan biaya untuk mencapainya hingga 2030. “Kalau dilakukan semuanya itu bisa menghabiskan banyak, tapi kemampuan pemerintah hanya 25-30 persen sehingga diperlukan sinergi oleh beberapa pihak. Oleh karena itu, kita membentuk SDGs Financing Hub.”
Pemerintah telah mengidentifikasi proyek apa saja dari Rencana Aksi Nasional. Sudah disiapkan di bidang lingkungan, kemiskinan, pangan, yang disebut dengan demand. Di sisi lain juga ada supply, filantropi yang punya perhatian terhadap lingkungan, perusahaan berminat di pembangunan sosial masyarakat. “Kita pertemukan di sini, supaya match (Nyambung-), apa kegiatannya, apa yang dilakukan pemerintah, dan apa yang dilakukan non-pemerintah.”
Selain itu, ada mekanisme lain yang non-pendanaan. Dari sisi regulasi, Otoritas Jasa Keuangan mewajibkan semua perusahaan yang terdaftar di Indonesia Stock Exchange harus menerbitkan sustainability report. “Jadi laporan bahwa mereka dalam melakukan tindakan dalam proses produksi sudah betul-betul mengedepankan sustainability.” Kerjasama dengan Badan Standarisasi Nasional juga dilakukan untuk menerbitkan green sertifikat, bahwa produksi yang dilakukan betul-betul memenuhi prinsip pembangunan berkelanjutan.
Terdapat juga Corporate Social Responsibility 4.0. Biasanya perusahaan menyisihkan keuntungannya untuk membangun apa, saat ini sudah lebih maju lagi. Better for business, better for the world. Contoh, ada perusahaan otomotif yang mengubah sumber energinya, dari energi yang semula berbasis fosil, menggantinya ke energi terbarukan. Ternyata hal ini mengurangi biaya produksi, hanya menjadi 70 persen yang biasa dikeluarkan. Ini artinya bagus untuk perusahaan, bagus juga buat lingkungan. “Dia tidak menyisihkan, tapi berinovasi yang membuat emisi berkurang,” kata lelaki kelahiran 12 Oktober 1961 itu.
Arifin mengatakan, sebaiknya pengenalan SDGs dapat dilakukan sejak dini. Namun, saat ini diakuinya masih terdapat kendala untuk mengimplementasikannya. Program SDGs, katanya, diatur nasional, sementara pendidikan memiliki kebijakan otonomi. “Kita baru sekadar menyisipkan. Seperti bekerja sama dengan kampus-kampus yang mengharuskan mahasiswanya melakukan praktik Kuliah Kerja Nyata (KKN) dengan tema SDGs. Sehingga mahasiswa dibekali mengenai bagaimana menyelesaikan masalah kesehatan di desa, masalah energi, masalah lingkungan. “Kalau perlu, mereka punya proposal apa, nanti filantropi juga bisa membantu untuk diterapkan di level desa.”
Dia pun berharap SDGs bisa menjadi suatu gerakan. “Sekarang sudah ada, tapi baru masyarakat tertentu. Kami ingin semua level masyarakat di Indonesia melakuan gerakan ini. Kalau sudah menjadi gerakan akan lebih mudah, semua akan bergerak, sehingga pemerintah hanya menjadi enabler (pendukung) saja.”
BIODATA – ARIFIN RUDIYANTO. YOGYAKARTA, 12 OKTOBER 1961. AGAMA ISLAM. PENDIDIKAN: UNIVERSITY OF WOLLONGONG, AUSTRALIA; Ph.D in Maritime Policy (1999-2002) UNIVERSITY OF NEWCASTLE UPON TYNE, UK; M.Sc in Marine Science and Coastal Management (1992-1993) INSTITUT PERTANIAN BOGOR; Sarjana Pertanian (1980-1984).
RIWAYAT JABATAN: Direktur Kerjasama Pembangunan Sektoral dan Daerah (Oktober 2003 – 2005). Direktur Kewilayahan I (2005 – 2009). Direktur Pengembangan Wilayah (2009 – Maret 2014). Staf Ahli Bidang Tata Ruang dan Kemaritiman (2014 – 2015). Deputi Bidang Pengembangan Regional (2015-2017). Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Bappenas (2017 – sekarang).
PENGHARGAAN: Satyalancana Karya Satya 10 tahun (1997). Satyalancana Karya Satya 20 tahun (2007). Satya Lencana Karya Satya 30 Tahun (2017). Satyalancana Wira Karya (2007)
Discussion about this post