JAKARTA, KabarSDGs – Diluncurkan sejak 2 November 2021, layanan BISKITA Trans Pakuan Kota Bogor terus menunjukkan perkembangan menggembirakan.
“Hingga 24 Juli 2022, jumlah penumpang BISKITA mencapai 360.342 orang dengan load factor 90,80%,” ujar Direktur Angkutan Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ), Tatan Rustandi, MSc di Jakarta baru-baru ini.
Sebagai perbandingan, pada November 2021, jumlah penumpang mencapai 69.236 orang dengan load factor 57%. Di Juni 2022 penumpang bus tercatat sebanyak 448.595 orang dengan load factor 90,56%.
“Dari bulan ke bulan, tren jumlah penumpang dan load factor terus naik, ”tambah Tatan.
Load factor dalam hal ini adalah perbandingan antara kapasitas terisi dengan kapasitas tersedia untuk satu perjalanan yang dinyatakan dalam persen (%). Dengan angka mendekati 100%, bisa dikatakan masyarakat kota Bogor sangat meminati layanan BISKITA Trans Pakuan.
Layanan BISKITA yang merupakan singkatan dari Bus Inovatif, Solusi Transportasi Perkotaan Terintegrasi dan Andal ini melayani empat koridor di kota Bogor dengan total sebanyak 49 armada.
Konsep Bus Rapid Transit (BRT) pada layanan angkutan umum ini dihadirkan dengan standar pelayanan dan keamanan jauh lebih baik dibandingkan angkutan konvensional. Untuk menjamin keselamatan dan keamanan pengguna, bus ini dilengkapi dengan internet of things (IOT).
Teknologi mutakhir ini tak hanya menyediakan kamera pengawas dan pelacakan GPS, statistik jumlah penumpang dan load factor pun terekam dengan baik. Pelacakan GPS membuat pencarian lokasi bus termonitor dengan baik.
BISKITA merupakan layanan bus BRT dengan mekanisme subsidi BTS (Buy the Service) oleh Pemerintah Pusat dalam hal ini adalah BPTJ Kementerian Perhubungan. Untuk wilayah Bodetabek, Kota Bogor terpilih sebagai pilot project implementasi kebijakan BTS.
Berbeda dengan mekanisme subsidi konvensional, subsidi pada mekanisme BTS bersifat membeli keseluruhan pelayanan yang dilakukan oleh operator yang menyelenggarakan layanan berdasar standar pelayanan yang telah ditetapkan Pemerintah.
Operator penyelenggara layanan itu sendiri terpilih melalui proses lelang berdasarkan ketentuan peraturan yang berlaku.
Trayek ke Baranangsiang dan Stasiun Bogor
Perkembangan terakhir mulai awal bulan ini, layanan BISKITA sudah menjangkau Terminal Baranangsiang yaitu untuk rute koridor Bubulak – Baranangsiang/Cidangiang dan Bubulak – Ciawi.
Selain itu BISKITA yang menjangkau Stasiun Kereta Api Bogor (rute Cipangi – Stasiun Bogor) kembali aktif dengan perubahan rute yaitu melalui Jl M. A Salmun tanpa melewati Bus Stop PGB.
Perubahan rute ini dilakukan setelah kelayakan teknisnya didiskusikan dengan Pemerintah Kota Bogor (Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dan Dinas Pehubungan).
Perubahan trayek bus yang melewati stasiun ini tak hanya mengurai kemacetan di sekitar stasiun, namun para warga kota Bogor tetap dapat berhenti atau naik BISKITA di halte yang cukup dekat dengan stasiun kereta api
Dengan terealisasinya trayek ke Terminal Baranangsiang maupun kembali aktifnya trayek ke Stasiun Bogor menurut Tatan semakin menegaskan fungsi BISKITA Trans Pakuan sebagai angkutan massal yang teintegrasi dengan moda lain.
Kondisi ini diharapkan juga menjadi faktor yang makin meningkatkan minat masyarakat untuk memanfaatkan layanan BISKITA Trans Pakuan.
Pada sisi lain Tatan menyebutkan saat ini Pemerintah Daerah sudah semakin menyadari bahwa angkutan umum yang layak, aman dan mengutamakan keselamatan sudah jadi kebutuhan utama suatu wilayah.
Oleh karena itu kesuksesan dan kelancaran penyelenggaraan layanan BISKITA Trans Pakuan tidak lepas dari dukungan Pemerintah Kota Bogor.
“Komitmen kota Bogor luar biasa. Mereka memitigasi risiko sosial yang ada, selain itu juga mengkondisikan lalu-lintas pada jalur-jalur yang digunakan BISKITA Trans Pakuan agar mobilitas berjalan lancar” tutup Tatan.
Discussion about this post