JAKARTA, KabarSDGs – Singapore International Foundation (SIF) bersama Code for Asia dan SAP resmi meluncurkan Climate Hack 2022. Program virtual ini bertujuan meningkatkan keterampilan digital melalui pemanfaatan teknologi dan jaringan internasional untuk memberdayakan peserta dalam pengembangkan solusi perubahan iklim.
Menteri Sustainability dan Lingkungan Singapura Desmond Tan mengatakan, perubahan iklim menjadi tantangan eksistensial global yang hanya bisa diatasi secara efektif melalui tindakan kolektif. Menurut dia, masyarakat memiliki peran penting, terutama generasi muda sebagai pemimpin masa depan dan penjaga kelestarian lingungan.
Desmond mengajak generasi muda memanfaatkan platform seperti Climate Hack untuk berkontribusi melalui pengembangan keterampilan dan solusi digital. Ia percaya teknologi dan inovasi menjadi pendukung penting upaya Singapura mencapai tahap bebas emisi karbon.
“Dengan memanfaatkan teknologi, bisnis dapat mengubah operasi mereka mengurangi emisi karbon dan tetap kompetitif. Oleh kerena itu, sangat penting bagi sektor publik dan swasta mengalokasikan dan menginvestasikan sumber daya yang signifikan untuk mendukung penelitian dan inovasi,” katanya dalam keterangan tulis yang diterima KabarSDGs.com, Selasa (26/4).
Climate Hack adalah program e-volunteering yang dirancang SIF untuk membantu peningkatan kapasitas regional dalam hal keterampilan digital, terutama dalam penggunaannya bagi perubahan sosial yang positif. Program ini didukung sukarelawan dari Singapura yang bekerja bersama peserta dari Asia untuk berbagi keterampilan, pengetahuan, dan keahlian digital, serta mengembangkan solusi inovatif demi aksi perubahan iklim.
Program ini terdiri hackathon virtual; bimbingan oleh pakar industri; dan Climate Lab — rangkaian kegiatan intensif yang dikuratori untuk tim terpilih agar bisa membawa solusi terbaik mereka bagi Minimum Viable Product atau standar minimum kelayakan produk, dan tahap prainkubator.
Peserta Climate Hack diharapkan dapat mengembangkan solusi digital dalam tantangan di lima area: City in Nature, Sustainable Living, Energy Reset, Green Economy, dan Resilient Future. Ada juga Kategori Terbuka yang menerima berbagai bentuk solusi inovatif untuk aksi iklim.
Direktur Eksekutif SIF Jean Tan mengatakan, pihaknya berupaya membantu masyarakat berkolaborasi untuk perubahan positif. Menurut dia, Climate Hack dirancang untuk menyatukan orang-orang yang memanfaatkan teknologi dan memperkuat respons di tingkat regional terhadap aksi iklim.
“Climate Hack menandai masuknya SIF ke dalam segmen e-volunteering yang bertujuan mendukung perkembangan sukarelawan internasional di tengah pandemi,” ujar Jean.
Terpisah, Managing Director SAP Singapore Eileen Chua menjelaskan, SAP berusaha meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, mereka mendukung kerja sama antara sektor publik, swasta, dan berbagai kemitraan lainnya.
“Kolaborasi bersama Singapore International Foundation dan Code for Asia ini akan menghasilkan perubahan yang positif dan berdampak dalam menciptakan dunia yang lebih inklusif, berkelanjutan, dan lebih hijau,” tutur Eileen.
Pada Climate Hack 2022, lanjut Eileen, SAP menyumbangkan bakatnya sebagai pelatih dan mentor. Mereka juga akan memanfaatkan tekonologi no code/low code untuk mendukung pengembangan aplikasi, dan mendorong pertumbuhan masa depan digital yang berkelanjutan.
Climate Hack 2022 diselenggarakan setelah keberhasilannya di tahap uji coba pada Mei 2021. Ketika itu, 500 pendaftar dan 120 peserta di seluruh Asia mengikuti pelatihan. Hasilnya adalah 46 prototipe digital dikembangkan untuk mengatasi perubahan iklim. Sembilan tim kemudian mempresentasikan ide-ide berbasis solusi mereka kepada panel juri — yaitu meliputi bidang seperti energi, ketahanan pangan, pengelolaan limbah, dan kehidupan berkelanjutan. Tiga tim dari Malaysia dan Indonesia muncul sebagai pemenang setelah mencetak skor tinggi dalam hal dampak dan inovasi, dan menerima total hadiah uang tunai sebesar 4,000 dolar Singapura.
Discussion about this post