SUKABUMI, KabarSDGs – Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar meminta kolaborasi antara kampus dan desa diperkuat. Menurutnya, dengan kolaborasi yang semakin kuat dan konstruktif, proses pembangunan dan pemberdayaan desa-desa di Indonesia akan semakin cepat, dan inovatif.
“Di sinilah peran perkumpulan perguruan tinggi menjadi penting,” kata dia pada acara Selamatan Sewindu Undang Undang Desa, yang diselenggarakan di Kasepuhan Cipta Gelar, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi, Sabtu (15/01).
Desa, kata menteri yang kerap disapa Gus Halim itu, akan sangat baik kalau bersama-sama. “Dan tentu peningkatan kapasitas kepala desa, perangkat desa, pengurus BUM Desa, dan pendamping desa akan semakin mempercepat laju pembangunan dan kemandirian desa,” ujar dia melalui laman kemedesa.go.id.
Menurut Gus Halim, keterlibatan kampus dalam pembangunan desa, tidak boleh ditunda lagi. Pasalnya, kemasyhuran kampus tidak hanya akan diukur dari indikator-indikator akademis belaka. Kemasyhuran kampus juga mesti diukur dari seberapa besar kampus memberikan berkah dan manfaat untuk warga desanya. “Karena kampus hadir untuk meningkatkan kualitas manusia, kampus lahir untuk desa,” katanya.
Pembangunan desa di era ini, kata Gus Halim, termasuk keberhasilan pencapaian tujuan-tujuan SDGs Desa, membutuhkan kompilasi data besar, olahan rekomendasi kegiatan secara elektronik, pelaksanaan pembangunan, hingga monitoring secara digital. Pada titik itu, katanya, dukungan ilmu pengetahuan yang terstruktur, terutama dari kalangan akademisi, menjadi sangat penting.
“SDGS Desa telah menjadi wahana dialog sistematis kampus dan desa. keberhasilan pencapaian tujuan-tujuan SDGs Desa membutuhkan kompilasi data besar, olahan rekomendasi kegiatan secara elektronik, pelaksanaan pembangunan, hingga monitoring digital. ini akan sangat bermanfaat bagi pembangunan desa yang berkelanjutan,” tutur dia.
Kementerian Desa PDTT telah menyediakan program Akademi Desa sebagai wadah kepala desa, perangkat desa, pengurus BUM Desa, dan pendamping desa dalam berkomunikasi dengan perguruan tinggi. Melalui program itu, kampus akan menilai hasil pengalaman kerja mereka di desa menjadi satuan kredit perkuliahan, kemudian merekomendasikan peserta RPL dari desa serta berkolaborasi dalam program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di kampus-kampus dan penyediaan tenaga ahli dalam satuan waktu tertentu.
“Desa akan mendapatkan SDM berkualitas untuk pendataan, penyelenggaraan kegiatan secara efisien, hingga perluasan pemanfaatan potensi desa. Sedangkan peserta KKN mendapatkan pengalaman lapangan yang penting guna meningkatkan kesadaran akan pola pembangunan desa, hubungan kemasyarakatan desa, dan praktek pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan warga desa,” katanya.
Ketua Forum Perguruan Tinggi untuk Desa (Pertides) Panut Mulyono mengatakan, kolaborasi kampus dan desa merupakan bentuk nyata sinergi dengan menghadirkan kampus-kampus untuk membangun desa melalui berbagai macam program yang sudah disiapkan bersama-sama mengungkapkan kemajuan desa.
“Kami telah berdiskusi bagaimana meningkatkan kompetensi yang akan membantu pemerintah dalam usaha pembangunan desa, diantaranya melalui berbagai kursus bersertifikasi, pelatihan untuk keahlian tertentu yang selanjutnya diaplikasikan di desa, bahkan untuk pendidikannya akan difasilitasi dengan pembelajaran rekognisi pembelajaran lampau,” kata Panut yang juga Rektor Universitas Gajah Mada itu saat acara Pengukuhan Pengurus Forum Pertides, yang diselenggarakan oleh Kemendesa PDTT.
Kolaborasi kampus dengan desa telah menghasilkan beberapa contoh keberhasilan seperti budidaya ikan dengan teknik bioflok, di Desa Pararain, Kecamatan Danau Panggang, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan, yang didampingi mahasiswa KKN, Fakultas Perikanan Universitas Lambung Mangkurat (Unlam); SLB rintisan Ngantru, yang diinisiasi mahasiswa KKN Universitas Negeri Malang (UM), di Desa Ngantru, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, Jawa Timur; Petani Desa Binoh, Burneh, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, yang berhasil memproduksi jagung hingga melimpah, serta diversifikasinya menjadi es cream “Kijang Aleng-Aleng” berbahan baku jagung, karena berkat inovasi mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) 74 Universitas Trunojoyo Madura (UTM).
Discussion about this post