JAKARTA, KabarSDGs — Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional menyebut (Menristek/Kepala BRIN) Bambang PS Brodjonegoro pandemi Covid-19 menjadi momentum kemandirian riset dan inovasi Indonesia.
“Karena itu, Kemenristek/BRIN terus mendorong penguatan sinergi triple helix demi kemandirian riset dan inovasi alat-alat kesehatan dan obat-obatan, dengan melibatkan berbagai pihak seperti universitas dan industri,” jelas Menristek/Kepala BRiN dalam keterangan resmi yang diterima KabarSDGs, Kamis (4/2/2021).
Bambang mengatakan, sudah ada lebih dari 60 produk yang dihasilkan Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 selama satu tahun. Produk-produk tersebut dikategorikan menjadi beberapa kategori, seperti : Aspek pencegahan (suplemen kesehatan/ imunomodulator herbal yang telah diuji secara bertahap, dan dikembangkan menjadi fitofarmaka); Aspek screening (Uji CePAD Antigen dan GeNose C19); Aspek obat dan terapi ( Mesenchymal Stem Cell dan Terapi Sel Punca); dan Aspek sosial dan humaniora.
Dia menambahkan, saat ini peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM) sudah berhasil mengembangkan alat deteksi cepat Covid-19 yang diberi nama GeNose C19.
“GeNose sudah diuji validasinya dengan 2.000 sampel dan akurasinya sudah 90 persen. Semakin banyak dipakai alat ini akan semakin akurat karena akan selalu di update oleh tim dari UGM. Namun, hadirnya GeNose ini bukan untuk menggantikan tes usap polymerase chain reaction (PCR), hanya sebagai penyaring atau screening saja,” jelas Bambang.
Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono mengatakan, penelitian biomolekuler SARS CoV-2 merupakan hal penting karena menjadi salah satu modal kuat untuk melakukan pemeriksaan dan tindakan di hulu penanganan Covid-19.
“Ada lima hal yang tengah dikerjakan oleh Kementerian Kesehatan dalam upaya mengurangi penularan Covid-19. Kelima hal tersebut meliputi pengembangan jejaring laboratorium pemeriksaan Covid-19, penelitian biomolekuler SARS CoV-2, penelitian uji klinis obat, monitoring evaluasi efektivitas vaksin, serta penelitian diagnosis,” jelasnya.
Oleh karena itu, kata Dante, untuk melakukan evaluasi, Kemenkes akan melakukan tindakan implementatif lainnya untuk membuat laboratorium tersebut tersebar di seluruh Indonesia dengan lebih merata, sehingga pemeriksaan lebih terkoordinasi, efektif, dan luas.
“Itu akan kami kerjakan sehingga testing di Indonesia akan lebih menggambarkan hasil lebih spesifik seluruh wilayah Indonesia, karena saat ini masu terfokus di kota besar saja. Setelah testing, kemudian kita melakukan tracing, dan akhirnya menjadi treatment. Jadi testing adalah modal kuat untuk melakukan tracing,” paparnya.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan akan mendukung penelitian terkait Covid-19 melalui dana yang dialokasikan sekitar Rp 700 Miliar untuk riset vaksin, alat kesehatan, obat-obatan dan Whole Genome Sequencing. “Saya sudah bilang kepada Ibu Sri Mulyani bahwa uang ini tidak akan semua ditaruh di Kemenkes, tapi untuk penelitian sektor kesehatan,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala LBM Eijkman Amin Soebandrio menyebutkan salah satu kendala terkait pengembangan Vaksin Merah Putih adalah kesiapan industri.
“Kendala yang bisa melakukan hilirisasi dari hasil penelitian saat ini baru ada Bio Farma yang siap. Tetapi kita harapkan bahwa ada beberapa perusahaan farmasi yang akan segera meningkatkan fasilitasnya sehingga bisa melakukan industrialisasi Vaksin Merah Putih ini,” ujarnya.
Discussion about this post