JAKARTA, KabarSDGS — Indonesia segera memproduksi massal dua antigen hasil inovasi anak banga yaitu GeNose C19 dan CePAD menyusul sudah mengantongi Izin Edar Kemeterian Kesehatan dan siap untuk dipasarkan. GeNose C19 sudah mendapat Izin Edar KEMENKES RI AKD 20401022883, sedangkan CePAD Izin Edar KEMENKES RI AKD 20303022358 pada tanggal 4 November 2020.
Demikian dikemukakan Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang PS Brodjonegoro dalam siaran resmi yanag diterima KabarSDGs, Selasa (29/12/2020).
Sebelumnya, Menristek/Kepala BRIN memperkenalkan produk inovasi terbaru dari Konsorsium Covid-19 Kemenristek/BRIN yaitu GeNose C19 yang dikembangkan Universitas Gadjah Mada dan CePAD yang dikembangkan Universitas Padjadjaran kepada masyarakat pada Senin, 28 Desember 2020 di Jakarta.
“GeNose memiliki sensitifitas 90%, spesifisitas 96%, akurasi 93% dengan PPV 88% dan NPV 95%. GeNose C19 mendeteksi keberadaan virus SARS-CoV-2 di orofaring atau tenggorakan melalui hasil metabolisme Volatile Organic Compound (VOC) atau semacam senyawa hidrokarbon kompleks yang diproduksi dari hasil metabolisme virus,” jelasnya.
Berbeda dengan swab test PCR yang membutuhkan waktu pemeriksaan hingga beberapa hari, Bambang menyebut GeNose C19 dapat mendeteksi Covid-19 hanya dalam hitungan beberapa puluh detik dan tanpa menimbulkan rasa sakit.
Menurutnya, analisis datanya menggunakan Kecerdasan Artifisial, dengan biaya per test berkisar antara Rp 15 ribu sampai Rp 25 ribu dan hasil yang cepat sekitar 2 menit dan tanpa reagen atau bahan kimia lainnya, maka diharapkan dengan penggunaan GeNose ini bisa meningkatkan kapasitas skrining Covid-19 di masyarakat.
“Ini adalah salah satu bukti hilirisasi inovasi alat kesehatan, karena dapat langsung menjawab kebutuhan saat ini. Harganya sekitar 62 juta rupiah, targetnya kapasitas produksi nanti per Februari 2021 diharapkan sudah mencapai lebih 10.000 unit dan siap didistribusikan ke seluruh Indonesia,” tambah Menteri Bambang.
Fleksibilitas penggunaan GeNose C19 memungkinkan penempatannya di bandara, stasiun, terminal, Rumah Sakit, perkantoran, dan tempat umum lainnya seperti tempat wisata dan pusat perbelanjaan, sehingga masyarakat diharapkan dapat beraktifitas dengan aman dan nyaman dalam rangka pemulihan ekonomi.
Deteksi Antigen Bukan Antibody
Tim Riset Unpad telah berhasil mengembangkan alat deteksi cepat Covid-19 menggunakan metode deteksi antigen bukan antibody seperti yang selama ini dipergunakan. Alat deteksi ini diberi nama Deteksi CePAD sesuai semboyan “Biar CePAD asal selamat”. Deteksi CePAD juga sudah mendapatkan Izin Edar KEMENKES RI AKD 20303022358 pada tanggal 4 November 2020.
CePAD mendeteksi keberadaan antigen virus dari sampel nasal swab pada saat viral loadnya sedang tinggi (most infectious), sehingga bermanfaat untuk mengurangi potensi penyebaran penyakit. Ketika divalidasi pada sampel klinis dan dibandingkan dengan PCR pada Ct value < 28, CePAD memiliki sensitivitas 85%, spesifisitas 83%, dan akurasi 84%, dengan PPV 61% dan NPV 95%. CePAD sudah melampaui requirement akurasi untuk antigen test dari WHO yaitu > 80%.
“Keunggulannya secara harga jauh lebih murah dari PCR Test, relatif cepat sekitar 15 menit dengan tingkat akurasi yang tinggi. Tentunya harus dilihat dari sensifitas dan spesifitasnya,” ujar Bambang.
Antigen Test ini, jelasnya, sudah direkomendasikan oleh WHO dan juga mendapat rekomendasi dari Perhimpunan Patologi Klinis Indonesia, dan sudah digunakan beberapa Rumah Sakit di Jawa Barat, contohnya RS Pendidikan Unpad, Lab Kesehatan Pemprov Jabar, dan RS Sentosa Bandung.
CePAD juga sudah dilengkapi dengan sistem Trace (Portal CePAD ), yaitu setiap unit memiliki barcode yang dapat terkait dengan NIK dan masuk dalam database sehingga dapat mempercepat aksi untuk penanganan orang yang terdeteksi positif Covid-19 dan pembatasan penularan penyakit.
“Perkembangan terakhir CePAD yang dikembangkan oleh Tim Peneliti dari Universitas Padjadjaran dipimpin Pak Yusuf, sudah mendapatkan produsen PT Pakar Biomedika Indonesia dan distributor PT Usaha Bersama Jabar, dan sudah mampu memproduksi per bulan sampai 500 ribu unit,” ujar Menteri Bambang.
Dalam acara Bakti Inovasi Indonesia untuk Provinsi Jawa Barat, pada Selasa 8 Desember 2020, CePAD mendapatkan apresiasi Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN). Selain itu, CePAD juga ditetapkan sebagai satu dari 27 produk inovasi hasil Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 yang dibagikan ke sekitar 15 kota atau kabupaten di Indonesia.
Koordinator Peneliti Diagnostik Covid-19 Unpad Muhammad Yusuf, mengatakan upaya yang dilakukan Kemenristek/BRIN ini bertujuan untuk mempercepat pemanfaatan dan daya guna produk inovasi yang dihasilkan Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19, sekaligus mengetahui respon pengguna terhadap kinerja produk.
Menurut Yusuf CePAD memiliki keunggulan pada cara kerjanya dan memiliki akurasi tinggi. Yusuf mengklaim sensitifitas 85 persen, spesifitas 83 persen, dan akurasinya 84 persen ( melampaui persyaratan WHO untuk uji antigen > 80 persen).
Akurasi Tinggi dan Murah
Hadirnya kedua alat skrining Covid-19 karya anak bangsa dengan akurasi tinggi dan murah, sangat diharapkan dapat membantu meningkatkan kapasitas testing Covid-19 sehingga memberikan rasa aman dan nyaman masyarakat terutama di tempat-tempat aktivitas perekonomian seperti pasar, pusat perbelanjaan.
Selain itu, katanya, di tempat-tempat wisata yang pada akhirnya dapat menggairahkan dan menggerakkan kembali ekonomi masyarakat. Dan pada akhirnya, perekonomian Indonesia diharapkan bisa menapak perlahan untuk bangkit kembali. Selamat GeNose dan CePAD , karya hebat bangsa hebat!.
Di akhir paparan, Menristek/Kepala BRIN menyampaikan apresiasi atas keberhasilan dan kerja keras tim UGM dan Unpad sehingga GeNose dan CePAD berhasil mengantongi izin edar dari Kemenkes RI dan sekarang siap diproduksi massal dan dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan alat skrining Covid-19 yang akurat dan terjangkau harganya.
Menteri Bambang, untuk mendukung keberlanjutan GeNose dan CePAD di masa mendatang, Menristek/Kepala BRIN mengundang Kementerian dan Lembaga lain untuk mengajak lebih banyak investor lokal maupun asing melalui Kemenko Maritim dan Investasi, Kementerian BUMN, maupun Kementrian Luar Negeri untuk komersialisasi produk hasil inovasi anak bangsa.
Dia juga mengharapkan Kemenko Perekonomian, Kantor Sekretariat Kepresidenan, dan Satgas Covid-19 turut mempromosikan penggunaan GeNose maupun CePAD di masing-masing kegiatannya dan pada setiap kesempatan di berbagai ajang promosi Indonesia.
Bambang mengharapkan Badan Intelejen Negara dapat mengawal keberadaan GeNose dan CePAD serta produk-produk hasil inovasi lainnya hasil Konsorsium Covid-19 dari kemungkinan gangguan-gangguan dari pihak-pihak yang tidak suka dengan kehadiran berbagai inovasi anak bangsa yang bagus dan murah.
Discussion about this post