JAKARTA, KabarSDGs – Sarah selesai mengunyah daging di mulutnya. Menu Beef Bulgogi baru saja disantapnya. Tak banyak mengambil makanan, dia pun segera beranjak dari tempat duduknya untuk mengambil hidangan Korea lainnya yang tersedia di Cultural Dinner, Swiss Cafe, Swiss-Belhotel Pondok Indah, Jakarta.
“Mau ambil kimchi,” kata perempuan berhijab itu sambil meninggalkan tempat duduknya yang terletak di area outdoor kolam renang, sementara hidangan makanan, tersaji di restoran yang berada di dekat lobi hotel.
Tak lama, Sarah pun kembali dengan membawa dua piring berisi aneka makanan Korea. Perempuan berdarah Kalimantan-Palembang itu pun mengingat kembali aktivitasnya di saat pandemi covid-19 banyak diisi dengan menonton drama Korea (drakor).
“Pas sekali, menu di sini bisa melengkapi. Jadi tidak hanya membayangkan saja ketika menonton drakor, tapi bisa menikmatinya juga,” kata dia.

Betul saja, tteokbokki yang kerap menjadi jajanan camilan di drakor, hadir di Swiss Cafe, membuat rasa penasaran pecinta drakor terhadap makanan ini pun dijamin lenyap.
Tak hanya itu, Gimbab, Cheese Buldak, Haemun Pajoen, Soegogi Muguk, dan Yangnyeom Tongdak juga melengkapi cita rasa hidangan Korea yang rasanya sudah disesuaikan dengan lidah orang Indonesia ini.

Sementara untuk menyantap menu penutup, jangan lewatkan chapssal doughnut dan kue beras songpyeon. Chapssal doughnut merupakan donat Korea yang terbuat dari beras ketan. Diisi dengan pasta kacang merah dan dilapisi dengan campuran gula dan bubuk kayu manis, rasa donat ini kenyal-kenyal dengan gigitan pertama tekstur luarnya renyah.
Sementara songpyeon, merupakan makanan tradisional Korea dari tepung beras. Sejenis tteok, kue beras kecil ini dibentuk menyerupai bulan sabit. Isinya dapat berupa sirup kacang merah, kacang kedelai, kastanye, jujube, atau wijen.

Di Swiss Cafe, songpyeon warna hijau dan putih menjadi pilihan. Rasanya sebenarnya tak jauh dari kue jajanan pasar Indonesia yaitu kue ku/kue tok yang umumnya berwarna merah dan berisi kacang hijau. Sama-sama terbuat dari tepung beras, isinya saja yang berbeda, kacang merah di dalam songpyeon tak diblender secara halus sehingga terdapat sensasi yang tak terlupakan saat mengunyah butir-butir kacang merah yang terdapat di dalam makanan yang kerap disantap selama festival panen musim gugur Korea, Chuseok itu.
Salah satu pengunjung lainnya, Abe, menuturkan, untuk menu utama terutama yang berbahan dasar daging rasanya sedikit asin di lidahnya. Dia pun punya tips agar makanan Korea itu tetap lezat di mulutnya. “Sepertinya memang harus tambah nasi, agar rasanya memang lebih nikmat di mulut,” ujar dia.
Hidangan Korea menjadi tema Cultural Dinner di Swiss-Belhotel Pondok Indah selama November-Desember 2020. Dengan mengeluarkan kocek Rp 360 ribu, Para pengunjung dapat menyantap sepuasnya hidangan Korea ini setiap Sabtu, Pukul 18.00-21.00 WIB. Tersedia sekitar 24 jenis makanan khas Korea yang sayang jika dilewatkan. Selain itu, free flow wine juga menambah keseruan saat menyantap hidangan yang jarang ditemui di Indonesia itu.
“Bagi yang pernah ke Korea, makanan-makanan di sini juga bisa menjadi pengobat rindu,” kata Director Sales and Marketing Swiss-Belhotel Pondok Indah Budi Utami, belum lama ini.
Utami mengatakan, Cultural Dinner sesungguhnya sudah diselenggarakan sejak lama. Setiap tahun Cultural Dinner diselenggarakan dengan berbeda-beda tema. Hidangan Korea, Jepang, Amerika, Indonesia, dan Asia lainnya menjadi pilihan tema setiap dua bulan sekali. Sebelum pandemi, Cultural Dinner diselenggarakan setiap hari Rabu.
Banyaknya ekspatriat yang tinggal dan menginap di Swiss-Belhotel Pondok Indah menjadi salah satu alasan Cultural Dinner diadakan. Selain itu, hotel juga berlokasi di sekitar perkantoran dan perumahan yang banyak terdapat ekspatriat.

Terapkan Protokol Kesehatan
General Manager Swiss-Belhotel Pondok Indah Dedik Abdillah mengatakan kepada KabarSDGs, selama pandemi covid-19, hotel harus mencari cara agar operasional tetap berjalan. Salah satu upayanya agar hotelnya tetap eksis yaitu dengan menyelenggarakan Cultural Dinner. “Jangan khawatir karena kami telah mengikuti protokoler kesehatan,” kata dia.
Benar saja, untuk menyantap hidangan khas Korea, sejumlah protokol kesehatan harus dipenuhi pengunjung Swiss Cafe. Dari pemeriksaan suhu dan penggunaan hand sanitizer di lobi, kemudian pengunjung kembali diperiksa suhu saat memasuki area Swiss Cafe.
Hand Sanitizer diletakkan di tempat-tempat strategis di area makan, sehingga pengunjung dapat menggunakannya sebelum mengambil makanan. Makanan juga dilindungi dengan tempered glass atau juga sekat kaca. Menambah kenyamanan dan keamanan pengunjung saat ingin mengambil makanan yang dipilihnya.
Hotel ini juga menyediakan pembatas di area makan yang terdiri dari satu jalur. Hal itu dilakukan agar para pengunjung tidak berdesakan saat mengambil makanannya. Lakukan reservasi terlebih dahulu sehingga menyantap hidangan Korea lebih nyaman tanpa harus mencari tempat duduk di area cafe. Apalagi, tempat duduk di area outdoor kolam renang menyediakan kursi terbatas.
Sementara itu, Dedik memastikan petugas hotel juga mengikuti protokoler kesehatan dengan menggunakan masker dan sarung tangan. Area tempat makan pun dibersihkan dengan disinfektan. Swiss-Cafe pun menjadi tempat yang aman dan nyaman menyantap hidangan di akhir pekan.
Discussion about this post