JAKARTA, KabarSDGs — Indonesia dimungkinkan bisa menggunakan rapid test antigen sesuai rekomendasi Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO). Rapid test ini bisa mengeluarkan hasil test Covid-19 dalam beberapa menit.
“Tentunya alat ini bisa digunakan di Indonesia sesuai yang direkomendasikan WHO dan bisa menggantikan rapid test antibody, dan fungsi screening yang dilakukan rapid test tersebut menjadi lebih efektif dan tidak menjadi beban untuk RT PCR sebagai standar penegakan diagnosa,” kata Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito dalam keterangan tertulis yang diterima KabarSDGs, Rabu (30//9/2020).
Selain itu, katanya, Satgas Penanganan Covid-19 tengah mengkaji sasaran prioritas vaksin yang disesuaikan dengan kelompok risiko penularan virus Covid-19. Termasuk elemen-elemen yang diperlukan dalam vaksinasi itu mulai dari supply, pembiayaan, serta mekanisme infrastruktur yang perlu disiapkan.
Wiku meminta masyarakat bersabar menunggu pemerintah mematangkan rencana vaksinasi untuk masyarakat. Ia memastikan pemerintah akan menyampaikan kepada masyarakat sebelum pelaksanaannya.
“Nanti setelah rencana matang dan jelas, akan kami sampaikan kepada masyarakat rencana vaksinasi itu lebih detail. Dan tentunya itu disesuaikan dengan ketersediaan vaksin yang ada untuk melindungi seluruh masyarakat Indonesia,” jelas Wiku masih menjawab pertanyaan media.
Wiku juga menyayangkan adanya persepsi di masyarakat yang menyatakan kebal terhadap Covid-19. Ia kembali menekankan bahwa tidak ada masyarakat yang kebal terhadap Covid-19. Dan virus ini tidak mengenal strata sosial, ataupun jabatan seseorang.
“Jangan sekali-kali kita berpikir karena rajin berolah raga atau berdiam diri di rumah, kita bisa kebal. Karena tertular itu bisa mudah terjadi dari siapapun yang kita temui,” kata Wiku.
Untuk itu, kata dia, pemerintah mengedepankan perilaku 3M, memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan. Untuk masyarakat yang sudah paham agar mendapatkan orang lainnya yang belum sadar sepenuhnya penularan virus Covid-19.
Menurut dia, tingginya tingkat kesadaran masyarakat, maka Indonesia bisa menjadi kekuatan besar untuk melawan virus Covid-19. Begitu juga antar negara melakukan hal yang sama untuk melindungi secara lokal, nasional dan global.
“Sampai sekarang kampanye 3M ini dibantu rekan-rekan relawan dari banyak tempat. Kami juga berkerja keras agar relawan bisa berkampanye menggunakan pendekatan sosial budaya sesuai keadaan masing-masing wilayah,” ungkapnya.
Wiku juga meminta masyarakat agar memiliki tanggung jawab yang tinggi dan kolektif untuk mematuhi protokol kesehatan. Karena untuk menekan angka kematian pasien Covid-19, dimulai dari menekan angka penularan.
“Semakin kita menghindari penularan terhadap kelompok rentan yaitu usia lanjut dan penderita komorbid, maka potensi menurunkan angka kematian sangat besar,” jelas Wiku.
Upaya Tracing
Sejauh ini pemerintah sudah cukup berhasil meningkatkan kapasitas testing (pemeriksaan) dan treatment (perawatan) pasien Covid-19. Meskipun secara nasional angka testing belum mencapai target Badan Kesehatan Dunia atau Wolrd Health Organization (WHO), sudah ada beberapa provinsi yang melampaui target ini.
Selain itu angka kesembuhan juga meningkat dari waktu ke waktu yang mana ini menunjukkan treatment yang dilakukan berkontribusi terhadap naiknya angka kesembuhan pasien Covid-19.
Wiku mengakui adanya kendala terbesar ialah tracing. Karena banyaknya resistensi dari masyarakat di lapangan akibat adanya stigma negatif dari masyarakat terhadap penderita Covid-19. Dan ini harus dihindari. Diperparah adanya berita bohong yang menghilangkan rasa percaya terhadap pasien yang menjadi subyek tracing.
“3T (testing, tracing dan treatment) merupakan upaya yang tidak mudah sehingga membutuhkan sinergi dari masyarakat. Untuk itu kami menghimbau masyarakat untuk betul-betul memahami bahwa keterbukaan kita semuanya sangat penting bagi pemerintah dalam upaya pemerintah melakukan tracing,” imbau Wiku di Kantor Presiden, Selasa (29/9/2020).
Masyarakat harus terbuka terkait riwayat perjalanan dan interaksi yang dilakukan. Masyarakat diminta tidak memberikan stigma negatif terhadap penderita positif Covid-19. Agar mereka yang terpapar dapat sembuh dan tidak menularkan kepada yang lainnya.
“Apa yang bisa dilakukan masyarakat, kita bisa bersama-sama memudarkan stigma negatif. Ingat musuh kita bukan saudara-saudara kita atau orangnya. Musuh kita adalah virusnya. Bersikap jujur dan suportif kepada petugas adalah sikap yang penting dalam mensukseskan program 3T,” jelas Wiku.
Discussion about this post