JAKARTA, KabarSDGs — Narsih mengaku bingung ketika dirinya diminta datang ke BRI Cabang Cipulir untuk mendapatkan bantuan. Narsih, merupakan salah satu penerima Bantuan Presiden (Banpres) Produktif Usaha Mikro sebesar Rp 2,4 juta.
“Saya bingung ada apa, dibilangin mau dapat bantuan. Saya disuruh datang ke BRI Cabang Cipulir untuk mengisi formulir,” ujar Narsih, seorang penjaja jamu keliling.
Dia sempat tidak percaya mendapatkan uang bantuan. Tetapi dengan keyakinan penuh, dia pun mendatangi kantor BRI yang menghubunginya. Beberapa lembar formulir pun disodorkan pada perempuan warga Petukangan, Jakarta Selatan ini setibanya di bank.
Di BRI itu lah dia baru mengetahui dirinya mendapatkan Banpres Produktif Usaha Mikro sebesar Rp 2,4 juta. Tidak lama, uang itu masuk ke rekeningnya.
Narsih pun berencana mengganti sepeda tuanya dengan uang bantuan yang diterimanya itu. “Beberapa kali saya jatuh sewaktu jualan naik sepeda karena sepeda rusak, termos juga rusak. Harus diganti.”
Sudah 25 tahun Narsih menjadi pedagang jamu keliling. Saban hari, pagi dan sore, dia menggenjot gerobak sepeda jamunya berkeliling dari sudut-sudut jalanan di daerah Petukangan, Jakarta Selatan.
Sepedanya terlihat sudah tua dan rongsok, penyok di beberapa bagian. Gerobak (rombong) jamu di atas sepedanya juga tampak kusam. Catnya memudar. Selama 25 tahun sepeda itulah yang setia menemaninya menjajakan jamu.
Narsih menuturkan, dirinya setiap hari sudah mulai bangun pukul 03.00 WIB untuk mempersiapkan bahan-bahan jamu dagangannya. Saat matahari menampakkan sinarnya, pertanda dia harus keluar rumah berkeliling jual jamu sampai pukul 10.00 WIB. Selanjutnya, berkemas lagi untuk jualan di sore hari, mengadu peruntungan dari orang-orang penggemar jamu racikannya.
“Harga jamu satu gelas, bisa Rp.3000-5000 tergantung permintaan dan semampu pembelinya. Sehari berkeliling bisa dapat Rp 150.000 dan kalau ramai bisa sampai Rp 200 ribu,” ujar Narsih.
Pendapatan hariannya itu hanya cukup untuk membayar kontrakan rumah dan kebutuhan sehari-hari keluarganya. Narsih menjadi tulang punggung ekonomi keluarga sejak suaminya meninggal dunia. Sempat pulang kampung karena wabah Covid-19. Namun, di kampung juga tidak punya pekerjaan, akhirnya ia kembali lagi ke Jakarta.
Narsih pun membayangkan, akan berdagang dengan sepeda dengan kondisi yang lebih baik. Rombong jamunya juga akan baru. Hal yang tidak pernah dia pikirkan sebelumnya akan bisa mengganti sepeda jika hanya mengandalkan hasil jualan jamu. (MULIA MUNTHE)
Discussion about this post