JAKARTA, KabarSDGs – Alarm berbunyi, tanda seseorang telah melanggar ketentuan physical distancing. Para pengunjung pun diimbau agar bisa menjaga jarak aman sesuai ketetapan protokol kesehatan yang berlaku.
Pelanggaran tersebut terekam dalam sebuah sistem kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) yang dikembangkan tim independent beranggotakan empat orang pimpinan Prof Emir Husni, guru besar dari Institut Teknologi Bandung (ITB) bekerja sama dengan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas).
Baznas mengembangkan AI sebagai upaya pencegahan penularan COVID-19. Dapat digunakan, misalnya dalam antrian pelayanan yang dilakukan di kantor Baznas. Sistem ini membantu menjaga jalannya protokol kesehatan juga sebagai bentuk penyediaan layanan terbaik dari Baznas kepada muzaki dan mustahik.
“Hal ini menjadi sebuah langkah Baznas dalam melindungi masyarakat yang dilayani seperti para muzaki yang ingin melaksanakan ibadahnya, dan mustahik atau penerima zakat yang dapat mengakses bantuan dari Baznas dengan kondisi yang lebih nyaman dan baik. Termasuk juga untuk para amil yang bekerja,” kata Direktur Utama Baznas Arifin Purwakananta di Jakarta, Rabu (2/9).
Arifin menuturkan, sistem ini mengidentifikasi jarak antar orang yang berada pada suatu ruangan atau lingkungan, mengolah data video atau gambar bergerak yang kemudian menghasilkan analisa jarak. Mekanisme jalannya sistem ini ialah, bermula dari kamera CCTV (Closed Circuit Television) yang merekam setiap aktivitas, lalu diolah melalui sistem video analytics yang kemudian berubah menjadi data.
Data yang keluar di antaranya berupa jumlah orang, dan jarak antar mereka yang berada pada di sebuah ruangan. Dari tangkapan gambar bergerak ini, setelah melalui rangkaian sistem yang dikembangkan, kemudian keluar sebuah peringatan, atau alarm jika ada sebuah pelanggaran ketentuan physical distancing, mengimbau agar pengunjung bisa menjaga jarak aman sesuai dengan ketetapan protokol yang berlaku.
“Ini merupakan tahap awal pengembangan, kedepannya, sistem kecerdasan buatan ini juga akan dikembangkan dengan penambahan sensor suhu tubuh. Sehingga kondisi orang yang berada di dalam ruangan tersebut bisa terus terpantau, dan jika ada tanda suhu tubuh tidak normal bisa segera dilakukan tindakan protokol,” kata Arifin.
Hal itu karena, meski pengecekan suhu tubuh telah dilakukan misalnya di setiap pintu masuk dan hasilnya normal, bisa aja ketika menjalankan aktivitas di dalam ruangan, suhu tubuh berubah ke batas tidak wajar yang merupakan sebuah potensi, dan ini perlu untuk diperhatikan.
Hingga saat ini, Baznas tetap menerapkan protokol kesehatan di lingkungannya, misalnya bagi para amil, atau pekerja masih menjalankan metode bekerja dari rumah, atau work from home¸ kendati begitu, aktivitas pelayanan di kantor tetap berjalan, dalam melayani masyarakat, protokol kesehatan tetap dijalankan. Menyediakan bilik sterilisasi, pengecekan suhu tubuh, menjaga jarak, penggunaan masker, mencuci tangan dan lain sebagainya.
Arifin pun berharap, sistem yang dikembangkan sejak Agustus 2020 itu juga bisa dikembangkan di tempat lain seperti masjid, musala, tempat pengajian, forum-forum, perkantoran, juga tempat umum lainnya.
Discussion about this post