JAKARTA, KabarSDGs — Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) tengah mengoptimalkan perluasan dan stabilitas jaringan internet agar blank spot tidak terjadi.
“Dengan begitu, mahasiswa dapat tetap belajar optimal dengan keterjangkauan jaringan internet, apalagi di daerah-daerah 3T (tertinggal, terluar, terbelakang) sehingga di semester depan mahasiswa yang saat ini sudah berada di kampung halamannya masing-masing dapat belajar,” ujar Pelaksana Tugas (Plt.) Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Nizam, di Jakarta dalam keterangan digital, yang diterima, Jumat (26/6/2020).
Nizam menyebutkan saat ini sudah banyak wadah pembelajaran yang diproduksi oleh anak negeri sebagai penyedia layanan internet diantaranya platform merah putih seperti You Need Me dan Cloud X.
“Sekarang kapasitasnya juga sudah bisa ditingkatkan jika sebelumnya 40 orang, dalam waktu dekat mereka menjanjikan itu bisa sampai 100 orang. Biasanya paket merah putih itu sudah dipaketkan sehingga lebih hemat dari sisi biaya. Program semacam itu yang sedang kita siapkan dengan teman-teman penyedia internet,” lanjut Nizam.
Kemendikbud juga telah menyiapkan learning management system (LMS) bagi perguruan tinggi yang belum memiliki platformnya.
“Kita sudah siapkan secara cuma-cuma, ada yang berbasis muddle dan ada yang berbasis google classroom dan itu gratis. Akses ke berbagai laman seperti di SPADA sudah dimasukkan dalam white list, artinya tidak berbayar. Jadi kalau kita mengakses situs-situs pembelajaran di kampus-kampus yang sudah terdaftar URL-nya itu sudah tidak berbayar sudah di-white list-kan oleh internet provider,” tuturnya.
SPADA adalah layanan yang diberikan sebagai media berbagi konten-konten pembelajaran di berbagai bidang. Perguruan tinggi dan mahasiswa dapat memanfaatkan konten belajar yang telah disediakan secara gratis oleh berbagai instansi pada laman https://spada.kemdikbud.go.id/. Kemendikbud membuka ruang bagi dosen yang ingin berbagi materi terbuka melalui platform ini.
Nizam meyakini pola pembelajaran kreatif dan kolaboratif ini dapat menjawab tantangan dunia pendidikan di masa pandemi COVID-19.
Nizam mencontohkan model pembelajaran jarak jauh yang tidak harus dilakukan secara daring namun tetap sejalan dengan konsep Merdeka Belajar-Kampus Merdeka, misalnya menjadi relawan kesehatan seperti yang dilakukan mahasiswa kesehatan.
“Modul yang kita siapkan untuk mitigasi COVID-19 mendapatkan kompetensi tentang epidemologi, tentang screening, tentang komunikasi sosial dan sebagainya sehingga bisa mendapat SKS dari kegiatan tersebut sekaligus mereka memberi manfaat bagi masyarakat dalam upaya mitigasi pandemi ini. Untuk yang engineering membuat face shield, masker, ventilator, APD,” jelasnya.
Contoh lainnya, lanjut Nizam, mahasiswa bisa melakukan riset bersama dosen dan proyek-proyek mandiri. Banyak prestasi dari mahasiswa ternyata tidak berhenti di tengah pandemi COVID-19.
“Ada mahasiswa UGM menang Juara II Tingkat Internasional pembuatan satelit kaleng. Proyek-proyek mandiri di Kampus Merdeka itu di-SKS-kan. Jadi ini bentuk-bentuk pembelajaran kekinian yang sangat kita harapkan. Agar mahasiswa menjadi kreatif inovatif, bisa mewujudkan idenya dan mengikui semangatnya,” tutur Nizam.
Sementara itu, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Wikan Sakarinto, Kemendikbud sedang menyusun materi pembelajaran praktek berbasis video dan multimedia yang akan diunggah di SPADA. Materi-materi tersebut dapat digunakan bersama oleh seluruh dosen untuk mengajarkan mata kuliah yang mereka ampu.
“Kita sedang memadu pembuatan 1000 materi pembelajaran praktek. Mudah-mudahan dalam waktu dua bulan ini dosen dapat mempersiapkan materi-materi pembelajaranya untuk dipraktekkan di multimedia dan divideokan,” imbuhnya. my
Discussion about this post